Mohon tunggu...
Eka Suci Rohmadani
Eka Suci Rohmadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dalam Tahap Belajar Menulis

Mahasiswi AP'21 FISIP UNAIR

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Momentum Emas Presidensi G20 untuk Menduniakan Julukan "Jalur Rempah" bagi Indonesia

28 Maret 2022   12:39 Diperbarui: 28 Maret 2022   12:48 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: suara.com

Presidensi Group of Twenty (G20) resmi dipegang oleh Indonesia sejak 2021 oleh Presiden Joko Widodo sebagai bentuk pemberian kehormatan dan kepercayaan dari negara-negara lainnya yang diserahterimakan di akhir Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Roma pada 30-31 Oktober 2021. Indonesia juga satu-satunya negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) yang menjadi anggota dalam G20. Pemilihan presidensi G20 tersebut didasari dengan sistem rotasi kawasan dan bergantian tiap tahun yang sebelumnya dipegang oleh Italia. G20 sendiri merupakan forum kerja multilateral dengan 19 negara utama dan Uni Eropa (EU) sehingga mempresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. Nantinya pada presidensi G20 Indonesia akan mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger” tujuan utamanya untuk memulihkan kondisi perekonomian dunia pasca pandemi Covid-19. Selain itu, berfokus pada tiga hal lainnya diantaranya penanganan kesehatan inklusif, transformasi digital, dan transisi energi berkelanjutan.

Dengan ketiga fokus tersebut, Indonesia berharap presidensi G20 tidak hanya formalitas belaka. Namun, melakukan inovasi baru dan aksi-aksi secara nyata untuk memperjuangkan aspirasi serta kepentingan negara-negara berkembang dalam mewujudkan tata kelola dunia yang lebih baik.

Amanah yang dipikul Indonesia selaras dengan manfaat yang akan diperolehnya nanti diantaranya Indonesia dijadikan representasi negara berkembang dengan perekonomian terbesar di dunia, pemulihan pada sektor ekonomi di sisi aktivitas ekonomi ataupun kepercayaan masyarakat lokal dan internasional terhadap produk-produk Indonesia, promosi pariwisata dan produk-produk unggulan, pengurangan laju kasus Covid-19 dengan mendorong vaksinasi Covid-19 menjadi global public good disertai peningkatan accessibility vaksin khususnya masyarakat Indonesia serta negara berkembang berpendapatan rendah, dan masih banyak lagi.

Pemulihan perekonomian Indonesia didukung dengan penanaman berbagai modal oleh investor asing yang nantinya akan memberikan napzaas segar bagi pelaku usaha dari berbagai kalangan dari bawah hingga atas. Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyebut akan banyak berbagai pertemuan, 150 pertemuan diantaranya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)/Summit, Ministerial and Deputies Meetings/Pertemuan Tingkat Menteri dan Deputi hingga working group sejak 1 Desember 2021. Adanya pertemuan-pertemuan tersebut dapat dijadikan ide kreatif oleh pemerintah Indonesia dalam mempromosikan kuliner Indonesia yang kaya akan rempah-rempah contohnya makanan khas Indonesia yakni rendang yang menggunakan berbagai rempah-rempah dapat disajikan atau dipromosikan kepada negara-negara lainnya sebab rendang telah diakui sebagai salah satu makanan terlezat di dunia serta telah terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada tahun 2013 silam. Namun, promosi harus tetap dilakukan utamanya untuk memperoleh pengakuan dari UNESCO untuk masuk dalam warisan tak benda dunia milik Indonesia sehingga presidensi G20 menjadi kesempatan Indonesia untuk menunjukkan rendang layak dijadikan warisan tak benda dunia. Kelezatan cita rasanya sesuai dengan indahnya julukan “jalur rempah” yang melekat sebagai julukan Indonesia.

Penyebutan jalur rempah ini adalah julukan khusus yang dibuat serta digunakan para ahli dalam menggambarkan dan melacak kembali rute perjalanan lintas benua. Rute tersebut dapat terbentuk karena perdagangan yang kala itu merupakan penggerak aktivitas utama terjadinya pelayaran. Selain itu juga, mempunyai asal usul yang unik yaitu ketika zbeaman dahulu selama 4.000 tahun lamanya berbagai pendatang asing singgah di Nusantara atau sekarang disebut Indonesia hanya untuk memperoleh kayu cendana dari Timor, pala dari Banda, dan cengkeh dari Maluku karena pada masa itu rempah-rempah jauh lebih mahal harganya dibandingkan emas. Bahkan, pulau Run di Maluku pernah ditukar dengan pulau Manhattan atau saat ini dikenal New York. Perdagangan rempah yang ditempuh oleh nenek moyang paling tua ketika menuju ke Benua Afrika, arah perdagangan rempah tersebut mengikuti arah angin di mana arah angin membawa hingga ke jalur barat (Benua Afrika). Di masa kini, sulit dalam menemukan sisa rempah yang mampu dijadikan peninggalan karena bahan biotik yang mudah hancur. Meskipun mampu ditemukan namun sulit untuk dijangkau karena hanya terdapat pada tempat-tempat khusus misalnya genangan air (rawa).

Selain mengenalkan cita rasa kuliner Indonesia yang diperkirakan terdapat 5.300 makanan tradisional dari berbagai daerah, ide kreatif pengolahan rempah menjadi modal dalam memperoleh pengakuan Indonesia sebagai pemilik julukan “jalur rempah” oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan Pendidikan, Sosial, dan Budaya (UNESCO) yang nantinya meningkatkan peluang promosi kekayaan Indonesia dalam dunia internasional serta modal pengembangan destinasi pariwisata nantinya.

Selain melalui segi kuliner, terdapat potensi juga dalam obat-obatan herbal yang berbahan dasar rempah-rempah yang mana terdapat 32.013 ramuan pengobatan tradisional serta 2.848 spesies tumbuhan tanaman obat tradisional mempunyai potensi besar menembus pasar internasional terlebih disaat Indonesia memegang peranan penting sebagai tokoh utama, presidensi G20. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut dapat memasukkan juga kopi unggulan Indonesia pada dunia internasional sebab kopi sendiri merupakan komoditas perkebunan utama di Indonesia serta apabila kopi tersebut diberikan campurkan rempah, seperti kayu manis, jahe, dan kunyit akan meningkatkan kandungan manfaat di dalamnya. Kayu manis sudah umum digunakan sebab terdapat kandungan antioksidan dan anti-inflamasi yang mampu menjaga keseimbangan gula darah, sebaliknya jahe dan kunyit mungkin jarang didengar penggabungannya dengan kopi padahal keduanya mempunyai manfaat anti-inflamasi yang membantu usus tetap sehat hingga menurunkan sedikit berat badan. Kunyit sendiri dapat digunakan sebagai pengganti gula atau pemanis buatan.

Dapat dipetik kesimpulan jika presidensi G20 adalah momentum emas Indonesia untuk memperoleh citra positif dari negara-negara lainnya meskipun Indonesia sendiri masih tergolong negara berkembang. Kesempatan emas tersebut dapat dimanfaatkan dengan menduniakan citarasa tidak hanya tentang kuliner rempah saja namun juga industri-industri kreatif lainnya yang di lain hari akan meningkatkan pendapatan dalam negeri serta upaya dalam mendapatkan berbagai pengakuan dari dunia internasional.

Oleh: Eka Suci Rohmadani (Mahasiswa Universitas Airlangga)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun