Strategi Terbaru Ekonomi 8+4+5, Sinyal Positif dengan Catatan Serius
Kebijakan ekonomi "8+4+5" yang baru saja diumumkan Presiden Prabowo Subianto terjadinya komitmen pemerintah untuk menjaga stabilitas pertumbuhan di tengah tantangan global khususnya roda ekonomi. Rangkaian program yang mana meliputi akselerasi, kelanjutan insentif, serta terdapat penyerapan tenaga kerja ini menunjukkan bahwa adanya upaya pemerintah menjangkau kelompok rentan sekaligus memperkuat ekonomi nasional
Namun, yang menjadi sorotan dan perhatian adalah efektivitas implementasi. Dimana stimulus sebesar puluhan triliun rupiah akan sia-sia apabila manfaatnya tidak benar-benar dirasakan oleh masyarakat. Sejumlah ekonom menilai sebagian program masih bersifat jangka pendek dan lebih condong pada perlindungan sosial dari pada terkait peningkatan daya beli. Misalnya, bantuan pangan yang hanya berlangsung selama dua bulan, atau subsidi iuran yang lebih menekan sisi perlindungan ketimbang mendorong konsumsi.
Program magang bagi fresh graduate dan padat karya tunai memang menjadi peluang segar dan bisa menjaga serapan tenaga kerja, tetapi dampak terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga dinilai terbatas. Sisi lain, adanya pertanyaan tentang keberlanjutan pekerjaan setelah program magang berakhir. Tanpa kepastian, manfaatnya bisa berhenti sebagai solusi sesaat.
Tantangan lainnya terletak pada pengawasan. Insentif fiskal berupa PPh 21 DTP, misalnya, berpotensi tidak sepenuhnya mengalir ke pekerja jika mekanisme kontrol lemah. Pemerintah perlu memastikan manfaat insentif benar-benar sampai ke masyarakat, bukan hanya menambah ruang finansial bagi perusahaan
Meski demikian, perlu diakui paket ini juga memberi sinyal positif. Ada perhatian pada pekerja sektor pariwisata, transportasi online, hingga nelayan---kelompok yang mana kerap berada di garis depan tetapi rentan terhadap guncangan ekonomi. Jika dijalankan dengan tepat, program "8+4+5" bisa menjadi penopang sementara sambil menyiapkan agenda reformasi struktural yang lebih dalam.
Agar benar-benar mampu mempercepat laju ekonomi, stimulus perlu dilengkapi dengan kebijakan jangka panjang secara berdaya ungkit tinggi terhadap daya beli masyarakat. Penguatan pada UMKM, deregulasi yang konsisten, serta dukungan pembiayaan produktif bisa menjadi kunci agar tidak hanya sekadar "obat pereda sementara", melainkan energi pendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI