Menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang sangat mulia. Sampai-sampai jika guru mempertanyakan nasib  kesejahteraanya banyak pihak yang menyindir bahwa guru tersebut bekerja tidak ikhlas.Â
Guru senantiasa dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik dalam memberikan bimbingan dan pendidikan kepada peserta didik. Namun, mereka tidak boleh mengeluhkan soal kesejahteraanya. Lantas, apakah penghidupan mereka yang layak hanya dapat dibayar dengan kata ikhlas dan sabar?
Bicara soal gaji dan kesejahteraan dikalangan guru seolah menjadi hal yang tabu. Guru tidak boleh mengeluh dengan beban kerja yang tidak sepadan dengan pendapatannya.Â
Mereka yang menganggap sebelah mata, pekerjaan seorang guru hanya semata-mata  mendidik. Padahal, kini guru bukan hanya dibebankan untuk memberikan pendidikan kepada peserta didik.Â
Tahukah Anda guru juga dibebankan pada urusan administrasi yang begitu banyak. Mulai dari pengelolaan silabus pembelajaran, rangkaian program pembelajaran (rpp), dan seperangkan tugas administrasi lainnya.Â
Menimbang-nimbang profesi guru pasca selesai kuliah jurusan pendidikan.
mahasiswa pendidikan yang digadang-gadang lulus akan menjadi seorang guru saya baru mengerti.Â
Awalnya saya bertanya-tanya, mengapa banyak orang hanya menilai sebuah pekerjaan dari gaji dan gengsi? Ternyata, setelah menjadiHingga saat ini gaji yang besar, posisi terbaik di perusahaan, dan pekerjaan bergengsi masih menjadi tolok ukur kesuksesan seseorang. Tiga hal inilah yang akhirnya mengesampingkan pentingnya profesi guru.
Fenomena inilah yang membuat saya sadar, mengapa banyak siswa terbaik tidak mengincar profesi guru. Begitupun dengan saya, sebagai mahasiswa akhir di jurusan pendidikan kemudian bertanya  akankah saya  menjadi guru suatu saat nanti?
Jujur saja, bukan tidak mau menjadi seorang pendidik yang idealis dan  memberikan pendidikan serta bimbingan sepenuh hati. Namun, apakah salah jika seorang guru juga memiliki penghidupan yang layak dan sejahtera?