"Karena peserta didiknya itu gak hanya yang umur sekolah, tetapi umur dewasa juga ada. Terutama di Kepulauan Seribu tempat aku dinas sekarang, siswa umur sekolah 20% dan siswa dewasa 80%" Jelas Gita.
Ia juga menambahkan bahwa sebagai seorang sarjana pendidikan luar sekolah, ini adalah bidang ilmu yang memang sesuai dengan jurusannya.
"Which is lebih banyak implementasi androgoginya yang aku pakai ketimbang pedagoginya" Tambah Gita.
Dari Kemampuan Bahasa Inggris sampai Living Diversiy jadi Kemampuan WajibÂ
Siapa yang sempat berpikir, kalau guru cuma harus punya kemampuan mendidik dan menguasai materi pelajaran? Anggapan ini terlalu sempit dan udah gak zaman. Guru juga mesti punya kemampuan yang relevan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman.
Gita menuturkan bahwa di tempatnya mengajar, ia dituntut untuk memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang baik.
"Tempat dinasku juga tempat utama wisata Jakarta, yang mana ketemu orang asing pun juga. Apalagi punya siswa yang buka usaha traveling dan mereka mau gak mau harus punya skill komunikasi Bahasa Inggris dan peranku ada di situ." Ucap Gita.
Tentunya, kemampuan ini gak bakal muncul begitu aja. Gita juga menjelaskan bahwa selama menjadi mahasiswa ia aktif mengikuti kegiatan organisasi kampus bersama AIESEC.
AIESEC adalah organisasi kepemimpinan pemuda berbasis cross-cultural exchange yang sudah ada di kurang lebih 120 negara.