Mohon tunggu...
Eka Purwanto
Eka Purwanto Mohon Tunggu... menulis itu hobi

penulis lepas sejak tahun 1998

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Makan atau Mati, Simalakama Covid-19

18 September 2020   23:25 Diperbarui: 18 September 2020   23:39 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja musibah ini  membuat Ikatan Dokter Indonesia sedih dan  prihatin. Pimpinan IDI sudah beberapa kali berteriak meminta Pemerintah serius menangani pandemic ini.

Salah satu yang dituding IDI pemerintah lamban menyediakan perangkat kesehatan seperti Alat Pelindung Diri (APD). IDI juga  mengeluhkan ketersediaan obat  dan vaksin yang belum ditemukan.

Sebuah pertanyaan yang tentu wajar adanya, bergolak di hati masyarakat. Kenapa Indonesia kesulitan menghalau virus yang super halus ini ?

Jawaban yang entah tepat atau tidak, saya merabanya dengan logika dan sedikit hitung-hitungan mistis, seperti ini :

Pertama sebaran virus itu serentak di hampir semua Provinsi yang tersebar di 17 ribu pulau.

Kedua, keterbatasan persediaan obat dan ketiadaan vaksin serta alat-alat kesehatan. Sisi lain juga keterbatasan tenaga medis.

Ketiga disiplin masyarakat  yang rendah terhadap protokol kesehatan.

Keempat, ini  yang  merupakan hal krusial,  kondisi ekonomi kita yang "memble". Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelum adanya wabah ini pun sudah terbilang rendah. Selama lebih dari 5 tahun terakhir, berkutat diangka 5 %. Bahkan pernah 4,7 persen pada tahun 2018.

Apalagi setelah hadirnya pandemic Covid. Mahluk tanpa bentuk itu mendarat di bumi kita awal Maret 2020.

Pada 3 bulan  pertama, pertumbuhan ekonomi kita anjlog sampai minus 2,7 %. Lalu pada kuartal ke tiga, lebih dalam lagi terperosok. Kondisi ini menurut beberapa ekonom sesungguhnya tertolong oleh keputusan pemerintah yang tidak  melakukan "lockdown".

Dengan kebijakan non lockdown,  lalu lintas ekonomi masih bisa berjalan meski merayap seperti keong buta. Keong tidak buta saja merayapnya bukan kepalang, apa pula keong yang tak bisa melihat alias buta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun