Mohon tunggu...
Ekal balveer
Ekal balveer Mohon Tunggu... Lainnya - Bad writter

Dare to Do

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Analogi: Kopi Layaknya Alat Perkakas

24 April 2021   07:15 Diperbarui: 24 April 2021   07:20 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewasa ini kopi sering kali menjadi minuman yang sangat di minati oleh kawula muda atau bapak bapak  di warung kopi yang memikirkan keluarganya dirumah, haha..bukan mendiskriminasi kalangan bapak-bapak hanya saja kalangan bapak-bapak tidak boleh lupa di libatkan dalam pembahasan Kopi. Tapi bukan berarti juga  perempuan tidak minum kopi. Awalnya setau saya yang seorang penikmat kopi pemula tidak terlalu memaknai kopi itu sendiri bagaimana kopi itu teroasting, bertumbuh dengan cara apa, di ambil dari mana itu tidak terlalu menjelaskan di bibir saya yang tebal nan sexy ini apa makna dari kopi itu sendiri. apa lagi katanya kopi menjadi khasiat yang ampuh dalam menjaga kantuk di hari hari. Saya mencoba cari tahu mengapa sampai sekarang kopi menjadi kemasan sehat seperti obat. Kadang kala kopi juga membantu kita yang sedang kehilangan ide-ide untuk membuat sesuatu dan yap… ketika muncul itu menjadi inspirasi serta mood seseorang dalam menjalani hari- harinya.

Dengan varian rasa yang unik membuat kopi menjadi lebih seperti layaknya mitologi dewa yunani yang di Olympus  yang di sembah, bahwasannya kalau sehari tidak minum kopi ada yang belum terpenuhin dalam hidup sampai segitunya kopi membuat orang tergila-gila kepadanya. Namun bagaimana kopi menjadi alat untuk mengambil keputusan dalam sehari-sehari? keputusan pada dasarnya adalah sesuatu yang sudah kita pikirkan dan kita pertimbangkan, tentu ini menjadi sebuah proses dalam kita menjalani hidup sehari-hari,tapi apakah masuk akal minuman Kopi menjadi alat perkakas dalam mengambil keputusan?

Bisakah kita mengeluarkan alasan dengan apa betul dasarnya manusia bila memikirkan kan sesuatu untuk jangka kedepan pasti memerlukan sebuah hal yang dilampiaskan untuk berpikir, nah kopi lah yang menjadi seperangkat yang di maksud untuk di lampiaskan. Menurut ilmiah nya kopi terkenal dengan kandungannya kafein,  Muller menyatakan bahwa, kafein meredakan gejal-gejala khas stres seperti pelupa, cemas, dan perasaan tertekan. Kafein mengandung alkaloid jenis xantine, yang bertindak memblokir reseptor adenosine A2A. ketika stres, tubuh memproduksi banyak adenosine yang menimbulkan berbagai gejala stress.

Kafein pun saya rasa juga meredakan masalah dan mungkin memunculkan sebuah opsi untuk mengambil keputusan itu berangkat dari perkataan miller bukan berarti kafein  hanya meredakan stress tapi ada menghasilkan dari kopi tersebut. Nah saya pun kepikiran kenapa setiap orang orang rapat di perusahaan atau di lembaga-lembaga pemerintahan kopi menjadi selalu sajian yang khas untuk di hidangkan atau pertemuan-pertemuan negoisasi maupun diplomasi.

Saya bisa berasumsi barang siapa yang meminum kopi akan membuat pikiran rilex tapi tidak luput oleh fokus-fokus di dalam keadaan yang serius, hal itu mengapa minuman ini sangat diperlukan untuk keadaan- keadaan yang membutuhkan dalam skala pertemuan formal sampai nongkrong biasa. Terlepas dari enak nya kopi atau tidak si barista (si pembuat kopi untuk di hidangkan) berusaha untuk meracik dan menakar selera kopi dalam tupoksi menu yang baik dan segar maupun itu selera penikmat yang banyak maunya.

Secara spontan saya langsung menghubungi via whatsapp Alif disapa alep,  teman saya seorang Barista untuk menanyakan hal kopi dan mood seseorang peminum kopi dalam sehari-harinya.  sang barista mengatakan “Saya seorang barista tidak sepele dalam membuat kopi karena saya bisa menakar dan kenikmatan kopi dari mood seseorang, Barista harus tau peminum kopi ini bagaimana seleranya karena dalam prinsipnya kopi mempunyai kalibrasi atau bisa dikatakan quality control “ ucapnya dalam ketikan chat whatsapp. Sangat tentu seorang Barista memikirkan paling detail dalam masalah kenikmatan kopi apalagi kopi yang di buatnya untuk seorang penikmat.

Kalau memang sudah seperti ini jadinya, Barista mempunyai tanggung jawab moril oleh kopi yang dibuatnya. Karena kopi bisa saja tidak enak akan mempengaruhi mood nya untuk  pribadi peminum kopi. Saya belum baca atau mencari tahu soal riset kopi dalam penikmatnya dan kehidupanya.

bagi saya ini penting untuk di tindaklanjuti riset bagaimana orang-orang suka minum kopi lalu sangat bersemangat untuk memikirkan apa yang dia putuskan. Paling tidak kopi banyak memberikan manfaat kepada kita, yang pasti tetap menginspirasi walau hanya secangkir kopi..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun