Mohon tunggu...
Eka Imbia
Eka Imbia Mohon Tunggu... Freelancer - Suka dunia literasi dan lingkungan

Menulis adalah dakwah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Indonesia Darurat Membaca

25 Oktober 2019   07:40 Diperbarui: 25 Oktober 2019   07:46 1891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mencari bahan bacaan. (Kompas)

Membaca ialah aktivitas positif yang memberikan manfaat sangat besar. Membaca dapat memperluas cakrawala ilmu, membentuk sikap dan keterampilan seseorang. 

Tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa kualitas seseorang tergantung pada buku yang dibacanya. Seseorang yang gemar membaca akan berpengetahuan luas, lebih kritis, dan mampu menanggapi keadaan di sekitarnya dengan bijak.

Ironisnya, pada saat ini generasi muda banyak yang tidak suka membaca. Berdasarkan data Kantor Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 90% penduduk usia di atas 10 tahun tidak suka membaca buku. Penduduk negara maju membaca 20 hingga 30 judul buku per tahun, namun penduduk Indonesia hanya membaca sekitar 3 judul buku per tahun. 

Bahkan, menurut data statistik dari UNESCO, dari total 61 negara, Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi rendah. Peringkat 59 diisi oleh Thailand dan peringkat terakhir diisi oleh Botswana. 

Finlandia menduduki peringkat pertama dengan tingkat literasi yang tinggi, hampir mencapai 100%. Data ini jelas menunjukkan bahwa minat membaca buku dan literasi penduduk Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan negara lain. 

Hal ini dikarenakan membaca masih belum menjadi gaya hidup penduduk Indonesia. Membaca masih menjadi beban, bukanlah sebuah kebutuhan. 

Hal ini dikarenakan oleh berbagai faktor, seperti sulitnya akses buku berkualitas, sistem pendidikan yang kurang mendukung, perkembangan media sosial, dan minimnya dorongan dari keluarga untuk membaca.

Pertama, sulitnya akses buku berkualitas dialami oleh penduduk yang hidup di daerah terpencil. Perpustakaan yang kurang lengkap dan toko buku yang hanya menjual beberapa jenis buku tentu saja kurang mendukung masyarakat di daerah kecil untuk gemar membaca. Hal inilah yang dialami oleh penulis yang berasal dari Kabupaten Trenggalek, salah satu kabupaten kecil di Jawa Timur.

Kedua, adanya sistem pendidikan yang terkesan belajar hanya untuk mencapai nilai yang tinggi pada saat ujian, menyebabkan minat membaca dan memahami buku menjadi rendah. 

Parahnya, membaca hanya dilakukan pada saat hendak ujian akhir, hanya untuk sekadar memenuhi kewajiban belajar, bukan karena kebutuhan. Hal ini berkaitan erat dengan banyaknya orang yang hanya suka membeli buku, namun malas membaca. Membeli buku hanyalah sebuah keinginan untuk mengoleksi buku di rak, namun minim dalam hal membaca.

Ketiga, perkembangan teknologi, termasuk televisi dan beragamnya media sosial sangat menyita perhatian sebagian besar orang. 

Berdasarkan angket google form[1] yang disebar oleh penulis yang berisi tentang minat baca dan penggunaan media sosial, sebanyak 90% lebih suka menggunakan media sosial dibandingkan membaca buku. 

Lalu dalam penggunaan media sosial, hanya 19,3% yang digunakan untuk membaca buku atau artikel, selebihnya dihabiskan untuk membaca chat, melihat story orang, dan aktivitas lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang masih lebih tertarik menggunakan media sosial dari pada membaca.

Keempat, minimnya dorongan dari keluarga untuk membaca. Masih banyak keluarga di Indonesia yang masih beranggapan anak pasti akan bisa menyukai membaca dengan sendirinya ketika sudah besar. 

Namun, kenyataannya bukan demikian. Sebuah kebiasaan baik haruslah dibina sejak kecil, sehingga ketika anak sudah besar, maka anak memiliki jiwa suka membaca. 

Anak usia dini harusnya tidak dikenalkan pada media sosial terlebih dahulu, namun lebih diarahkan untuk membaca tentang kisah sederhana yang mudah diingat oleh anak-anak, seperti kisah para pahlawan maupun kisah tentang nabi dan rasul.

Kondisi yang telah dipaparkan di atas sangat memprihatinkan. Bisa dikatakan bahwa Indonesia tengah mengalami darurat membaca. Hal ini sangat ironis, yakni pada saat ini Indonesia tengah mempersiapkan generasi mudanya untuk menjadi generasi yang unggul. 

Ini merupakan bencana bagi bangsa Indonesia jika tidak segera mendapatkan penanganan khusus, karena bagaimanapun untuk meningkatkan kualitas sebuah negara ialah tergantung pada sumber daya manusianya. 

Manusia yang unggul dibangun oleh pengetahuan yang luas, yang bisa diperoleh melalui aktivitas membaca. Langkah utama untuk mendapatkan generasi unggul adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yaitu dengan membaca.

Komunitas Literasi

Menanggapi permasalahan rendahnya minat baca di Indonesia, maka diperlukan sebuah kelompok yang peduli akan masalah ini, yaitu komunitas literasi. Komunitas literasi diadakan dengan beragam kegiatan yang bermanfaat berkaitan dengan membaca. 

Sebuah komunitas literasi perlu dibentuk karena harapannya dapat saling memberi motivasi untuk membaca dalam suatu keanggotaan komunitas tersebut. Penulis merancang komunitas literasi dengan beberapa kegiatan sebagai berikut.

Memfasilitasi pembelian buku baru dan berkualitas, terutama untuk daerah kecil yang mengalami kesusahan akses terhadap buku bacaan. Dana pembelian buku bisa bersumber dari anggota komunitas literasi maupun donasi dari masyarakat. Hal ini dapat menjadi solusi terhadap minimnya buku bacaan di daerah kecil.

Memberikan anjuran untuk setiap anggota komunitas literasi agar membaca minimal satu bacaan dalam sehari. Bacaan bisa saja beragam, tergantung isu apa yang diminatinya. Setelah membaca, diharapkan setiap anggoa komunitas literasi juga menuliskan rangkuman dari tulisan yang telah dibaca. 

Rangkuman bisa dalam kalimat singkat atau quotes yang berisi inti dari bacaan tersebut, yang kemudian bisa diunggah di instagram komunitas literasi, sebagai wahana promosi kebaikan dan memotivasi orang lain di luar komunitas literasi. Kegiatan ini bisa saja disebut dengan one day one posting sesuai dengan buku bacaan yang telah dibaca.

Mengadakan pertemuan khusus untuk kegiatan membaca dan saling menceritakan isi buku kepada satu komunitas literasi. Hal ini bertujuan supaya setiap orang memiliki andil dalam memilih bacaan yang disukainya kemudian berbagi cerita kepada yang lain. Selain itu, juga dilanjutkan dengan tanya jawab mengenai isi bacaan tersebut.

Mengadakan kegiatan bedah buku secara berkala. Bedah buku ini bertujuan untuk mengkaji lebih lanjut isi buku yang telah disediakan oleh komunitas literasi, sehingga komunitas literasi tidak hanya membeli buku dan meletakkannya di rak, namun juga mengupasnya secara mendalam. 

Pembedah buku bisa berasal dari anggota komunitas literasi ataupun mengundang orang yang lebih mahir dan berpengalaman. Hal ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat supaya gemar membaca dan memahaminya secara mendalam.

Selain kegiatan membaca, juga bisa dikembangkan pada kegiatan kepenulisan, misalnya kepenulisan karya tulis ilmiah maupun kepenulisan feature koran. Kegiatan ini juga sebagai aplikasi bahwasanya anggota komunitas literasi sudah memahami bacaan yang dibaca, sehingga bisa menuliskan menjadi sebuah karya baru. 

Dengan demikian, diharapkan anggota komunitas literasi semakin produktif dan bisa menginspirasi banyak pihak luar untuk terus giat membaca dan menulis.

Mengadakan pojok literasi di berbagai tempat dengan konsep seperti perpustakaan keliling. Pojok literasi bisa dilakukan dimana saja, asalkan tetap kondusif untuk belajar, seperti di kampus, di perpustakaan, maupun sesekali di car free day. Hal ini dilakukan supaya kegiatan komunitas literasi diketahui oleh banyak orang dan bisa semakin berkembang.

Mengadakan pembahasan mengenai isu-isu terkini yang tengah hangat terjadi, seperti isu sosial kemanusiaan, agama, politik, maupun ekonomi. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan mendatangkan pemateri yang pakar di bidangnya. 

Tujuannya yaitu untuk membuka cakrawala pengetahuan anggota komunitas literasi terhadap segala isu yang ada, sehingga otak tidak tumpul dan mampu berpikir kritis untuk menghadapi segala permasalahan yang ada pada saat ini.

Mengadakan kegiatan semacam public speaking, yaitu penyampaian sesuatu secara baik di depan umum. Hal yang disampaikan bisa berupa ulasan buku yang telah dibaca maupun bahasan lain yang masih layak untuk dibahas. Kegiatan ini bisa didampingi oleh tutor maupun orang yang telah berpengalaman, sehingga selain memiliki motivasi membaca juga memiliki motivasi untuk menyampaikan dengan tata cara yang baik.

Mengadakan kegiatan seminar atau workshop tentang pentingnya literasi dan implementasi kegiatan literasi yang baik dengan mendatangkan ahlinya. Kegiatan ini diadakan untuk umum bertujuan untuk membuka wawasan tentang literasi.

Memiliki target pencapaian dan diadakan kegiatan evaluasi secara berkala, sehingga bisa mengontrol kegiatan apa saja yang telah dicapai ataupun yang belum berdasarkan pengalaman setiap anggotanya. Kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki kegiatan literasi yang telah ada.

Penjabaran di atas merupakan konsep yang dirancang untuk kegiatan pada komunitas literasi. Semua kegiatan di komunitas literasi dilakukan secara menyenangkan, sehingga tidak terkesan memaksa, meskipun tujuan utamanya ialah membiasakan untuk gemar membaca. K

egiatan dalam komunitas literasi ini dilakukan secara berkelompok dengan tempat bisa di indoor ataupun outdoor, sehingga tidak menimbulkan kebosanan dan para anggota bisa nyaman mengikuti kegiatan ini.

 Menumbuhkan Budaya Baca melalui Komunitas Literasi untuk Indonesia Unggul dan Berdaya Saing

Usaha menumbuhkan budaya baca bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Cara yang diajukan oleh penulis ialah dengan membentuk komunitas literasi. 

Karena bagaimanapun, cara yang paling ampuh untuk membiasakan segala sesuatu ialah dengan menumbuhkan motivasi dari diri sendiri. Motivasi diri sendiri yang terkadang naik dan turun bisa diatasi dengan bertemunya dengan anggota komunitas literasi. 

Adanya komunitas literasi ini diharapkan dapat saling memotivasi setiap anggota komunitas literasi agar bisa gemar membaca dan menulis. Bertemunya seseorang di sebuah komunitas tentunya akan menghadirkan energi positif untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas diri, dalam hal ini ialah dengan kegiatan membaca dan menulis.

Sasaran utama dalam kegiatan komunitas literasi ini ialah generasi muda. Selain institusi pendidikan formal, kegiatan informal maupun nonformal tentunya juga memegang peranan penting untuk menyiapkan generasi muda di masa mendatang. 

Dalam pelaksanaan komunitas literasi ini tentunya juga membutuhkan berbagai pihak yang mendukung, termasuk keluarga. Keluarga juga bisa dikatakan sumber motivasi utama seseorang selain komunitas ini. 

Adanya komunitas literasi ini pada akhirnya bertujuan untuk menumbuhkan budaya baca di Indonesia, sehingga minat baca masyarakat serta angka literasi di Indonesia semakin meningkat. 

Meningkatnya angka literasi ini bisa menjadi indikator baiknya kualitas masyarakat di Indonesia. Semakin tingginya kualitas sumber daya manusia di Indonesia, pada akhirnya bisa mewujudkan generasi unggul dan berdaya saing di ranah global. Manusia yang unggul dengan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual yang baik, produktif, inovatif, kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun