Saya tertawa pelan menceritakan hal itu pada Umi -- antara miris dan entah bagaimana menyebut perasaan ini. Saya mengenal Indonesia dengan keramahan dan persaudaraan yang menyenangkan.
"Sejujurnya saat itu gue sedih lho, Mi," saya mengukir senyum mengenang puzzle-puzzle kejadian tersebut yang masih tergambar jelas di benak saya.
 Tapi.. pengalaman itu tak membuat saya berkecil hati tentang Indonesia. Saya percaya keramahan dan kesetiaan dalam persaudaraan sebangsa dan setanah air masih melekat erat pada mereka yang menyayangi merah putih.
Sebab sebelum peristiwa tersebut, saat menyasarkan diri di Busan saya banyak dibantu oleh warga negara Indonesia yang tinggal di sana. Memberi saya makanan khas Indonesia ditengah kegalauan saya pada kehalalan makanan. Membagi cerita menyenangkan mereka sebagai perantau di negeri orang. Dan, mentraktir saya streetfood kota tersebut sebagai bekal dalam perjalanan ke Seoul.
Indonesia tetaplah Indonesia. Di tengah kegelisahan akan karakter sebagian orang-orangnya yang membuat saya menghela napas akhir-akhir ini, saya percaya keramahan dan rasa persaudaraan itu masih ada.Â
****
Catatan : Tulisan ini pernah dipublikasi di Travellous.id pada 2018 lalu -- sayangnya, websitenya udah nggak ada lagi ; sebuah catatan perjalanan yang tersisa dari pengalaman mengunjungi Korea 2016 lalu.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI