Satu bulan telah berlalu sejak 10 mei 2025. malam itu tepatnya di lap gor kadrie oening sempaja samarinda yang hanya terjadi di konser Gema Fest dengan tema 3 Top Star yang menyatukan tiga bintang besar: Raisa, JKT48, dan NDX AKA. Tapi malam itu bukan sekadar konser biasa. Ia adalah titik kulminasi dari sebuah perjalanan panjang, melelahkan, menguras air mata, tapi juga penuh pelukan hangat dan tawa yang masih menggema di kepala.
Konser 3 TOP STAR bukan hanya tentang selebrasi musik. Ia adalah bukti bahwa mimpi yang dibangun dengan keringat dan keyakinan bisa berdiri sejajar dengan panggung-panggung nasional. Dan aku, bukan siapa-siapa. Bukan anak konglomerat, bukan pewaris industri. Aku hanyalah satu dari sekian banyak anak muda di balik layar, yang ingin membuktikan bahwa orang biasa pun bisa menciptakan sesuatu yang luar biasa.
Media Tanpa Libur: Mesin yang Tak Pernah Padam
Tiap pagi kami mulai tanpa tahu kapan selesai. Tim media seperti mesin yang tak bisa berhenti. Mereka merancang konten promosi, memproduksi teaser, menjalin relasi dengan media lokal dan nasional, dan bahkan merancang strategi influencer sejak Januari---sementara orang lain masih hangout di tahun baru.
Aku sering memarahi mereka---kadang dengan kata kasar, kadang dengan tekanan berlebih. Tapi dalam hati aku tahu: mereka adalah ujung tombak keberhasilan konser ini. Hasilnya? Viral. Tiket ludes. Dan semua orang tahu tentang konser kami. Mereka membuktikan bahwa kerja keras tanpa pamrih memang punya harga: kesuksesan.
Produksi: Pilar Diam yang Selalu Siaga Demi Istana Yang megah
Tim produksi tak pernah terlihat di kamera, tapi mereka adalah alas panggung itu sendiri. Mereka mendesain venue, mengatur alur masuk, merancang lorong penyambutan dengan visual dan lighting yang menggugah emosi penonton bahkan sebelum musik dimulai. Ada begitu banyak revisi. Tapi kalimat "nggak bisa" tidak pernah keluar dari mulut mereka.
Mereka bukan sekadar pekerja. Mereka arsitek pengalaman. Dan mereka juga penjaga semangat, termasuk semangatku sendiri.
Bang Adit & Rumah Sakit: Titik Terendah yang Menguatkan
Dua minggu sebelum hari H, kami kehilangan satu komando penting: Bang Adit jatuh sakit, masuk rumah sakit saat kami sedang menyiapkan perizinan di Samarinda dan bertemu dengan sponsor. Ia adalah tempat curhat, pembagi tekanan, dan merupakan tim inti yang sangat kami andalkan.
Saat itu juga, aku terpaku. Seperti karakter dalam cerita besar, setelah 1 minggu cerita dan ujian pun berlalu. Dari sakit menjadi sehat hingga siap kembali ke medan perang. Aku masih ingat pelukannya di foh. Lelah, tapi penuh kemenangan. Bang, kamu memang luar biasa.
Gate & Tiketing: Neraka yang Tak Pernah Direkam
Bayangkan ribuan penonton berteriak, bertanya, menuntut. Di sinilah tim tiketing dan gate bekerja seperti tentara. Mereka tidak cuma melayani; mereka menenangkan. Mereka menjadi wajah pertama dari acara kami dan mereka berdiri di garis api.
Ada yang teriak, ada yang nyaris menipu, ada yang nyasar ke gate yang salah hingga komplen dari bos geng dunia yaitu ema'' tidak bisa dapat di hindari. Tapi mereka tak pernah kehilangan kendali. Sampai jam terakhir, mereka tetap berdiri, tetap tersenyum, meski keringat membasahi seragam.
Putri dan Obrolan yang Menguatkan
Namanya Putri. Satu-snya perempuan di tim inti, dan sedang hamil muda. Tapi jangan kira dia lemah. Ia justru jadi tempat bertukar ide, berdiskusi tentang target tiket, strategi konten, bahkan masalah masalah teknis. Aku sering lupa dia sedang hamil saking semangatnya luar biasa.
"Kalau anaknya lahir nanti, mungkin akan jadi penerus dari mamak dan bapaknya si jambang alias Ardi yang akan membuat konser termegah se indonesia. Dan tentunya saja bersama anak ku kelak hahaha
Novi: Dari Talent ke Pemimpin
Kalau ada satu momen paling emosional, itu adalah melihat Novi berdiri sebagai Stage Manager. Dulu, dia crew panggung yang sering aku teriakin, dan marahi. Tapi aku sudah lama menyiapkan dia. Bagiku, sukses bukan hanya tentang aku yang naik. Tapi juga tentang siapa yang bisa aku angkat.
Di konser ini, Novi memimpin tim backstage, mengatur rundown, mengatur MC, bahkan menghadapi artis dan manajernya dengan ketegasan. Di titik itu, aku tidak hanya bangga aku terharu. Dia berhasil. Dengan gayanya sendiri.
Di Tengah Semua, Aku Hanyalah Anak Muda yang Masih Sendiri
Di balik jabatan sebagai project manajer, aku adalah manusia yang belum selesai. Masih sendiri, belum punya pasangan, dan tidak punya kisah cinta yang dramatis. Tapi bukan berarti aku kesepian. Justru karena itulah aku bisa total mencintai pekerjaanku, timku, dan impianku.
Aku tidak ingin menunggu cinta untuk merasa berarti. Aku ingin mencintai hidup ini lebih dulu dengan semua jatuh bangunnya.
Satu point yang aku dapat adalah "Kita Bukan Sekadar Crew, Kita Adalah Keluarga"
Konser ini bukan tentang lampu panggung yang megah. Tapi tentang peluh di balik meja kerja, tentang kopi jam 2 pagi, tentang tangis diam-diam di balik toilet venue. Tentang orang-orang yang percaya bahwa mimpi besar bisa dibuat oleh tim kecil dengan tekad besar.
Terima kasih untuk kalian semua tim media, produksi, gate, konsumsi, keamanan, dokumentasi, dan volunteer. Tanpa kalian, 3 TOP STAR hanyalah rencana kosong di atas kertas.
Kita buktikan, EO lokal juga bisa bikin konser nasional yang berkelas.
Dan ini baru permulaan.
Ditulis oleh: Eijun Sawamura
Seorang perintis, bukan pewaris. Masih sendiri, tapi tak pernah sepi. Selalu melangkah demi impian.
                                                Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI