Mohon tunggu...
Egia Astuti Mardani
Egia Astuti Mardani Mohon Tunggu... Guru - Pejalan

Pendidik yang Tertarik pada Problematika Ummat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buku Harian Sultan Abdul Hamid II: Ketika Khilafah Utsmani Tolak Berikan Palestina untuk Zionis

2 November 2023   14:00 Diperbarui: 2 November 2023   22:08 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Palestina telah melewati sejarah panjang. Penjajahan Israel di tanah Palestina tidak terjadi begitu saja. Ada banyak peristiwa penting yang terjadi hingga mengantarkan Palestina pada situasi saat ini yang begitu memprihatinkan.
Salah satu peristiwa penting yang berhubungan dengan sejarah Palestina dan terbentuknya negara Zionis Israel adalah saat tokoh Zionis, Theodor Herzl, menghadap pemimpin Khilafah Utsmani, Sultan Abdul Hamid II.
 
Sultan Abdul Hamid II merupakan sosok pemimpin Daulah Utsmaniyah yang dikenal sebagai sosok pemimpin yang murah hari sekaligus pemberani dalam menghadapi intervensi dan tekanan asing.
 
Dilansir dari buku Memoar Sultan Abdul Hamid II, sultan yang mulia ini disebut sebagai benteng terakhir Daulah Utsmaniyah. Hal ini berkaitan dengan ketegasan Sultan Abdul hamid II dalam menghadapi pihak-pihak yang hendak merobohkan Utsmani dan mencaplok wilayah kekuasaan Islam.
 
Kisah yang cukup populer tentang Sultan Abdul Hamid II adalah saat ia menolak permintaan tokoh pendiri negara Zionis Israel, Theodore Hertzl. Saat itu, Hertzl meminta agar sultan memberikan sebagian wilayah yang dikuasainya di Palestina untuk bangsa Yahudi. Meski Hertzl membawa iming-iming berupa materi yang berlimpah, Sultan Abdul Hamid II menolak mentah-mentah permintaan Hertzl.
 
"Selama aku masih hidup, tak akan kubiarkan siapapun merampas tanah kaum muslimin," demikian perkataan Sultan Abdul Hamid II yang dikutip dari buku Memoar Sultan Abdul Hamid II.

Langkah Yahudi Menembus Utsmani
 

Sejarawan muslim Dr. Muhammad Harb mengungkap ada beberapa langkah yang dilakukan Yahudi untuk menembus dinding kokoh Daulah Utsmani. Target mereka sudah jelas, memasuki Palestina.
 
Setelah ditolak mentah-mentah pada pertemuan pertama, Theodore Hertzl kembali mendatangi sultan. Ia meminta izin mendirikan gedung al-Quds. Permohonan tersebut kembali dimentahkan Sultan Abdul Hamid II.
 
Yahudi tak patah harapan. Mereka bahkan menggelar konferensi Basel di Swis pada tanggal 29-31 Agustus 1897 untuk merumuskan strategi baru untuk menghancurkan Khilafah Utsmani.
 
Tahun 1900, Sultan Abdul Hamid II akhirnya mengeluarkan keputusan larangan rombongan peziarah Yahudi tinggal di Palestina selama lebih dari tiga bulan. Selain itu, paspor Yahudi mereka harus diserahkan kepada petugas khilafah. Pada tahun 1901, Sultan juga mengeluarkan kebijakan haram menjual tanah kepada Yahudi di Palestina.
 
Tak tahu malu, Hertzl kembali menghadap sultan. Kali ini ia membawa harta sogokan, yakni uang sebesar 150 juta poundsterling untuk sultan, membayar semua utang Utsmani yang nominalnya mencapai 33 juta poundsterling, membangun kapal induk dan Universitas di Palestina, hingga pinjaman sebesar 5 juta poundsterling tanpa bunga.
 
Namun, sultan masih pada pendiriannya. Sultan bahkan ogah bertemu dengan Hertzl dan diwakili oleh Tahsin Basya, perdana menterinya. Sultan juga mengirim pesan,
 
"Nasehati Hertzl agar jangan meneruskan rencananya. Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina) karena ia bukan milikku," pesannya.
 
Tanah Palestina adalah tanah umat Islam. Umat Islam telah berjihad dan menyirami tanah Palestina dengan darah merekam, kata Sultan. Yahudi dipersilakan untuk menyimpan saja harta mereka.
 
"Jika suatu saat kekhilafahan Turki Utsmani runtuh, kemungkinan besar mereka akan bisa mengambil Palestina tanpa membayar harganya," kata Sultan.
 
Sultan Abdul Hamid II mengaku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhnya sendiri daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah.
 

Ketika Khilafah Tiada
 

Agaknya kata-kata Sultan Abdul Hamid II bertuah. Terbukti, ketika Khilafah telah ditumbangkan berkat ulah Yahudi Dunamah, begitu mudah musuh-musuh Allah menduduki tanah Palestina hingga saat ini.
 
Tahun 1914, Khilafah Utsmani terlibat dalam Perang Dunia 1 dan mengalami kekalahan. Wilayah Palestina akhirnya jatuh ke tangan Inggris. Dengan berbagai lobi-lobi politiknya, Inggris akhirnya mempersilakan Yahudi untuk bermigrasi ke Palestina dan bermukim di sana. Puncaknya pada tahun 1948, negara Israel akhirnya diresmikan.
 
Kini, saat Palestina kembali diserang secara brutal oleh Israel dan sekutunya, umat Islam hanya menyampaikan kecaman, kutukan, atau sanksi sosial terhadap Israel. Tak lebih dari itu. Sementara darah rakyat Palestina yang tak berdosa membasahi gedung-gedung dan rumah-rumah yang hancur, para pemimpin masih meributkan siapa yang bersalah dari krisis Palestina.
 
Israel secara terang-terangan melanggar hukum internasional. Jumat lalu, PBB menyetujui resolusi gencatan senjata permanen dan berkelanjutan di Gaza. Namun, PM Israel Benjamin Netanyahu bahkan secara provokatif mengumumkan akan melakukan operasi militer II di jalur Gaza.
 
Palestina membutuhkan persatuan umat Islam dalam satu ikatan akidah Islam. Palestina membutuhkan institusi yang akan melindungi darah dan kehormatan serta menegakkan syariat Islam.
 
Israel tengah memainkan peran sejarahnya. Kaum muslim Palestina tengah berjuang mempertahankan tanah Palestina, kehormatan Islam dan kaum muslimin. Sebagian di antara mereka syahid di jalan Allah. Lalu, bagaimana dengan kita? Dimanakah posisi kita?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun