Mohon tunggu...
Ega Wiguna
Ega Wiguna Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Sastra || @sastra.wiguna_

Memberikan kebermanfaatan untuk masyarakat banyak

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Al-Ma'un, Teologi Pembebasan Perspektif Muhammadiyah

27 November 2019   05:00 Diperbarui: 27 November 2019   05:11 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: sangpencerah.id

Al-Ma'un dalam kontruksi gerakan Muhammadiyah yang melekat dengan kesejarahannya tidak dapat dimaknai lain kecuali sebagai ajaran amal. Bahkan ketika ditarik menjadi sebuah teologi dan fikih, maka lebih esensial dan kontekstual menjadi teologi dan fikih amal yang bersifat membebaskan anak yatim dan orang miskin sebagai simbol kaum mustadh'afin atau orang yang lemah, dilemahkan, tertinggal, marjinal, serta tertindas (Nashir, 2015). 

Muhadjir Effendy menyebutkan bahwa ada beberapa kerangka amal al-Ma'un dalam sistematika fikih al-Ma'un yang telah disepakati pada Munas Tarjih, diantaranya adalah penguatan dan pemberdayaan kekayaan fisik, spiritual, moral, sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Sementara untuk pilar amalnya terdiri atas rangkaian berkhidmat kepada anak yatim, orang miskin, memurnikan niat, menjauhi riya, serta membangun kemitraan yang berdaya guna.

Dalam konteks sekarang yatim dalam al-Qur'an seharusnya tidak lagi dimaknai sebagai orang yang sudah tidak mempunyai ayah ataupun kedua orang tuanya, namun merupakan orang yang sudah tidak mampu lagi mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya untuk bisa berdaya (karena mereka bisa saja masih memiliki kedua orang tua namun tidak mampu mengembangkan kreativitas yang ada dalam dirinya untuk maju). 

Begitupun dengan definisi orang miskin, tidak hanya dibatasi bagi mereka yang miskin secara ekonomi saja, namun mereka juga yang mengalami marginalisasi sosial, seperti halnya pemulung, petani, PSK, dan kelompok agama minoritas sebagai orang-orang yang mengalami subordinasi sosial.

Al-Ma'un bukanlah hanya sekedar surat yang hanya dibaca dan dihafal saja, dalam hal ini Kyai Dahlan menekankan pentingnya pengejawantahan pemahaman dalam aksi yang nyata. Yakni, dipraktikkan langsung dalam kehidupan, atau dalam tradisi Muhammadiyah belakangan ini berkembang istilah ilmu-amaliyah dan amal-ilmiah, yang dalam rujukan sekarang sering disebut dengan praksis. 

Itulah inti dari jiwa Al-Ma'un yang merupakan pengejawantahan dari Islam sebagai Din al-'Amal (Nashir, 2015). 

Oleh karena itu, siapa saja yang mengaku beragama Islam maka harus memiliki komitmen untuk membela, peduli dan terlibat langsung dalam segala ikhtiar yang ditujukan untuk kehidupan mereka (kaum mustadh'afin) yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun