Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ghosting Orang? Pecundang dan Nggak Keren

27 Februari 2021   12:02 Diperbarui: 27 Februari 2021   12:11 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ghosting. (Foto: Pixabay/Rocapurpura)

Mendengar kata ghosting, memori saya kembali membawa pengalaman masa lalu. Ghosting dalam pengertian popular adalah ditinggal pergi tanpa mengetahui penyebab dan dilakukan dengan cara tiba-tiba.

Saya pernah memutuskan hubungan secara sepihak, memblokir semua kontak dan media sosial dirinya. Komunikasi terputus.

Cara ini terbilang sangat kelewatan. Saya sebelumnya tidak pernah memblokir kontak telepon orang yang saya kenal, sampai saat ini, kecuali nomor-nomor dari pesan spam yang memberi kerentanan terhadap aksi penipuan dan keamanan digital.

Setelah melakukan pemblokiran, perasaan semula tenang namun semakin memuncak dengan arah sebaliknya, timbul rasa bersalah dan merasa ini adalah tindakan bodoh seumur hidup. Sama seperti pecundang yang mudah lari dari masalah yang dihadapinya.

Sesungguhnya dorongan emosional tidak seharusnya diteruskan dengan cara-cara menciptakan tembok dan pembatasan.

Saya dan dia sudah menjalani hubungan lama sejak masa perkuliahan hingga lulus dan memperoleh pekerjaan masing-masing.

Di antara kami, ada halangan terbesar yang terus terbawa sepanjang hari: perbedaan agama.

Perbedaan itu merupakan sesuatu yang sulit dikompromikan dan diubah. Kami memegang prinsip keyakinan masing-masing. Bahkan nama belakang dia adalah Islam yang mencerminkan kuatnya keagaaman bagi keluarganya.

Karena itu, dalam rentang waktu yang lama lula, pasang surut terjadi beberapa kali, bukan disebabkan masalah pribadi, melainkan ketegangan perbedaan agama.

Kami sering mengalami fase saling berdiam diri dan setelah itu kembali normal. Setiap dia mengalami kegalauan, dia menuliskan La Tahzan Innallaha Ma'ana di status profil.

Waktu terus berputar yang menguatkan pertanyaan, hendak dibawa kemana hubungan ini?

Karena faktor halangan sebagai jawaban pertanyaan tersebut masih sama, akhirnya keluarlah keputusan sepihak untuk memblokir semua jalur komunikasi kami. Dia tentu tidak mengetahuinya.

Alasan pemblokiran semata supaya dia bisa melupakan hubungan kami dan dapat menemukan orang lain yang pantas dan tepat. Di samping itu, saya merasakan perubahan sikap dari dirinya.

Entah berapa lama setelah melakukan pemblokiran, saya menjadi kepikiran. Dia tidak seharusnya mendapatkan perlakuan tidak adil.

Beberapa pekan setelah itu, tiba-tiba sepucuk pesan masuk ke e-mail saya. Pengirimnya adalah dia. Ini sebagian pesan darinya.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Saya mencoba memulihkan, tetapi memikirkan bahwa hasilnya akan percuma. Dan memang prasangka itu benar-benar terjadi.

Di lain kisah, sebagai konsekuensi atas tindakan tersebut, saya seperti memperoleh karma yang diterima beberapa bulan lalu, seorang lain di sana melakukan ghosting kepada saya.

Tidak ada yang tersisa. Reaksi pertama saya heran, geram dan kecewa. Meski pengalaman saya pernah melakukan ghosting, tetap hal tersebut tidak dapat diterima.

Hal-hal ini menimbulkan pertanyaan sehingga semakin lama, saya semakin menyadari bahwa perpisahan memang layak diberikan dan dinikmati.

Ghosting tidak perlu diulangi.

Jika kamu masih dikendalikan emosional, jangan pernah coba-coba melakukan ghosting. Orang berhak untuk tahu, mendapat penjelasan dan dihormati.

Maka, bicaralah. Jika kamu mendapatkan ghosting, tanyakan kembali mengapa kamu harus memikirkan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun