Saya melakukan kegiatan rutin di pagi hari, membeli koran Kompas dan koran lokal (Analisa atau SIB) sebagai bacaan pagi, 16 Februari 2021. Harga Kompas eceran sebesar Rp4000, pas di kantong.
Membaca koran terkesan sebagai kegiatan lawas dan klasik. Ketinggalan zaman, kata orang, ketika segala hal saat ini dipacu untuk bertransformasi ke digitalisasi.
Saya sendiri masih memerlukan koran karena beberapa alasan, di antaranya untuk mendapatkan berita-berita pilihan dan kelengkapan informasi dari pemberitaan di media daring dan media sosial.Â
Koran mungkin kalah cepat dari media daring dalam mengabarkan informasi, namun tetap diperlukan untuk menambah minat baca dan memperluas wawasan. Semuanya perlu berjalan seimbang.
Redaksi koran dengan waktu lebih panjang memproduksi berita sebelum naik cetak tentu lebih ketat dalam urusan edit dan pemilihan berita melewati prosedur rapat atau sidang.
Kali ini Kompas menempatkan berita bansos dan lapangan kerja sebagai headline. Ada opini Yanuar Nugroho tentang Tata Kelola Pemerintahan.
Alasan lain membaca koran untuk menjaga kesehatan mata dari computer vision syndrome ketika seharian nanti beraktivitas lama di depan layar komputer jinjing dan gawai.
Terakhir, semua ini untuk menjaga keberlangsungan media nasional, terutama cetak. Media harus hidup dan independen untuk demokrasi yang sehat.Â
Kita sebagai masyarakat mesti membangun kesadaran untuk peduli pada media. Caranya membeli produk media. Tidak mahal. Ini harus selalu dikampanyekan.
Dengan begitu, kita berkontribusi untuk mendorong media menyajikan berita berkualitas ketimbang mencerca mereka habis-habisan.Â