Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesan dan Kesan untuk Politisi yang Dulu Gencar Melawan, Sekarang Berkawan

2 September 2018   19:13 Diperbarui: 2 September 2018   19:21 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sewaktu menempuh pendidikan di bangku sekolah dasar, saya dan siswa lainnya kerap diminta membacakan sebuah cerita pendek atau puisi. Kisah para pejuang, dongeng, legenda, dan sebagainya selalu menjadi santapan utama ketika menerima mata pelajaran Bahasa Indonesia berikut turunannya.

Pada akhirnya, usai sebuah cerita dibacakan, kami harus menjelaskan: apa pesan dan kesan dari karya tersebut?

Saya masih ingat, kedua pertanyaan itu hampir mempunyai jawaban universal meski judul berbeda. Si kancil dan Pak Tani, misalnya. Apa pesan dari cerita tentang seekor kancil yang mencuri mentimun dari kebun Pak Tani? Jangan suka mencuri karena akan ada ganjarannya. Lalu, kesannya adalah si kancil yang licik dan Pak Tani yang baik hati namun tetap tegas.

Saya bisa menyampaikan pesan dan kesan itu dengan lugunya hampir di semua langgam cerita dan karya sastra.  Tidak pernah sekalipun saya menyampaikan pesan dan kesan dengan membolak-balikan narasi cerita, bahwa si kancil tidak pernah berniat mencuri sebab mengikuti insting seekor hewan dan dalam situasi terdesak. Tidak!

Saya dan siswa lainnya seumpama pahlawan yang menyuarakan kebenaran dan kebaikan lewat ucapan dan tulisan. Pesan dan kesan saya selalu bernada positif dan seirama dengan alur cerita: Berlaku baiklah terhadap sesama, jangan pernah menyerah, ingat jasa para pejuang, dan lain-lain sebagaimana Pastur juga mengungkapkan demikian dalam setiap khotbahnya.

Tak ada cara lain saat itu. Tak ada alasan yang membenarkan saya berpihak kepada tokoh antagonis yang memang sudah disifatkan buruk dan jahat. Sekali lagi saya katakan, saya adalah seorang siswa SD menyuarakan kebenaran dan menolak yang bathil. Teman-teman dan orangtua saya akan memberikan tepuk tangan yang kencang mengapresiasi itu.

Nyatanya semua kebenaran dan moral itu tinggal di atas selembar kertas. Beberapa tahun kemudian, saya telah menyadari tindakan saya tak pernah seindah kalimat dalam pesan dan kesan yang saya tulis. Teman-teman, guru, dan orangtua saya juga lupa untuk memberikan tepuk tangan pada sebuah keadilan.

Guru saya barangkali akan tertawa ketika mengetahui saya pernah bertindak seperti kancil yang licik itu. Saya pernah seperti seekor kelinci yang menganggap remeh kemampuan berlari si kura-kura. Seumpama Rahwana yang dianggap antagonis dalam kisah Ramayana, toh dia adalah lelaki yang menjaga kehormatan Shinta.

Lalu, dalam situasi politik saat ini, apa pesan dan kesan atas berita, ucapan, dan kutipan para tokoh politik? Segala dimensi kehidupan masyarakat dihubungkan pada persoalan politik. Asian Games, gempa bumi di Lombok, contohnya. Apa pesan dan kesan yang muncul dari peristiwa itu?

Sederhanya, saya tinggal menentukan posisi. Jika saya berada di pihak pemerintah, saya akan mengapresiasi kerja keras pemerintah. Pesan saya dari pelaksanaan Asian Games, manusia perlu bekerja keras dan kemauan untuk maju dan bangkit. Kesan saya, Presiden Jokowi adalah orang yang optimis dan menghargai kreatifitas anak muda. Saya jarang menemukan pemimpin sepertinya.

Sebaliknya, jika saya bertolak dari pihak oposisi, saya akan memberi pesan demikian, pemerintah sedang membangun pencitraan melalui Asian Games. Kesan, Presiden Jokowi adalah orang yang kurang percaya diri sehingga perlu polesan untuk menunjukkan dirinya bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun