Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Saat Atraksi Seni Budaya jadi Media Otokritik Eksploitasi Tambang

25 Juli 2025   15:32 Diperbarui: 26 Juli 2025   15:11 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atraksi seni budaya dari Komunitas Seni Tamungku Dolo yang tampil menmukau di Festival Danau Kindu 2025. (Dokumentasi Pribadi) 

Dari 3 IUP di Kabupaten Sigi tersebut, 2 sudah IUP sudah dihentikan secara permanen atau dicabut oleh Gubernur Anwar Hafid beberapa waktu lalu.

Adapun. Data di Kabupaten Sigi berbeda dengan yang ada di Kabupaten Donggala yakni sebanyak 82 IUP serta Kota Palu sebanyak  39 IUP.  

Walau keberadaan tambang (galian C) secara legal atau memiliki IUP di Kabupaten Sigi masih minim, namun demikian Pemkab setempat punya tanggungjawab untuk melakukan pengawasan.

Yakni terhadap kaidah teknis serta tata ruang kelola pertambangan yang baik dari pemegang IUP. Tujuannya agar pengelolaan tambang tidak menjadi ancaman bagi degradasi lingkungan di daerah Sigi.

Apresiasi terhadap seluruh komunitas atau sanggar seni budaya yang sudah ambil bagian dalam Festival Danau Lindu 2025. Sudah menghadirkan atraksi yang menghibur pengunjung dan menjaga kelestarian seni budaya daerah.

Namun secara pribadi saya memberi atensi terhadap Komunitas Seni Tamungku Dolo yang sudah tampil sudut pandang otoritik  yang relevan dengan isu eksploitasi tambang di daerah Suawesi Tengah. 

Mengingat preferensi terhadap sudut pandang terkait isu (tema) yang akan ditampilkan terpulang kepada komunitas atau sanggar seni yang bersangkutan. Tentu banyak isu lokal (daerah) yang bisa dieksplor dan dipertunjukkan di ruang publik  

Termasuk ketimpangan yang ada di depan mata,namun luput dari penanganan pemangku kebijakan. Disinilah peran komunitas (sanggar) seni budaya untuk mengingatkan kepada semua stakeholder. Untuk senantiasa menjaga peradaban bukan sebaliknya merusak peradaban.

Sebagaimana pesan dari narator kepada pengunjung, "ketika pintu-pintu tambang terbuka, manusia rakus pada dirinya. Manusia  serakah merusak paru-paru bumi, sehingga bumi malas mengeluarkan isi perutnya."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun