Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Saat Atraksi Seni Budaya jadi Media Otokritik Eksploitasi Tambang

25 Juli 2025   15:32 Diperbarui: 26 Juli 2025   15:11 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atraksi seni budaya dari Komunitas Seni Tamungku Dolo yang tampil menmukau di Festival Danau Kindu 2025. (Dokumentasi Pribadi) 

Atraksi seni budaya tidak sekedar mengeksplor keberagaman seni budaya yang menghibur audiens (pengunjung), namun bisa menjadi media kritik sosial terhadap aktivitas eksploitasi yang menggerus peradaban manusia.

Itulah yang terjadi pada Festival Danau Lindu (FDL) 2025 yang digelar beberapa waktu lalu di Desa Tomado, Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

Dari sekian komunitas atau sanggar seni yang ambil bagian dalam atraksi seni budaya di perhelatan FDL. Komunitas Seni Tamungku Dolo dari Kabupaten Sigi yang tampil pada hari kedua, mampu menghipnotis ribuan pengunjung yang hadir.

Bagaimana tidak, Komunitas Seni ini menampilkan atraksi seni budaya yang beda dengan lainnya. Yakni atraksi bertema, "Instalasi di Negeri Pangkalan".

Sebuah atraksi yang menyoroti keberadaan eksploitasi tambang yang sejatinya relevan dengan kondisi yang terjadi di daerah  Sulawesi Tengah.

Namun jangan berharap atraksi ini memberi atensi terhadap dampak positif keberadaan tambang yang menjadi primadona di bumi Sulawesi Tengah.

Sebaliknya atraksi yang  justru mengkritik tajam eksploitasi tambang yang merusak lingkungan dan tidak berdampak  pada pemerataan  kesejahteraan bagi masyarakat lingkar tambang.

Kritik disampaikan bukan hanya lewat tarian dan teatrikal, namun juga narasi yang disampaikan oleh seorang narator wanita. Dengan deskripsi yang jelas, lugas dan tegas. Dimana beberapa kali mendapat aplaus pengunjung.

Pesan Moral Bagi Pengunjung

Komunitas Seni Tamangku Dolo sepertinya sudah menyiapkan penampilannya, guna melakukan atraksi yang berisi otokritik terhadap eksploitasi tambang. Termasuk kesiapan unsur penari muda dan pemusik yang terdiri dari kaum pria dan wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun