Melihat konfigurasi perolehan kursi tersebut dengan bangunan ada empat Partai yang perolehannya  berada diatas 5 kursi, maka berpeluang akan ada empat poros yang bisa berkoalisi mengusung kandidat.Â
Namun skema  poros ini bisa saja ditracking tinggal 3 atau 2 poros yamg mengusung kandidatnya, sehingga bisa heat to heat seperti Pilgub sebelumnya..
Hakekat Pillgub Sulteng
Hakekat dalam setiap kontestasi politik semacam Pilgub Sulteng sejatinya akan menghadirkan dua pilihan politik, yakni Antagonistik dan Agonistik.
Politik Antagonistik adalah penawaran politik yang sifatnya meresistensi, Â mendegradasi dan mensegregasi. Indikatornya kandidat yang bermain hoaks, serta asumsi tidak berdasarkan fakta, serta opini opini yang mempolarisasi anak bangsa.
Sedangkan  Politik Agonistik merupakan  penawaran politik berupa narasi, gagasan dan program yang cemerlang. Biasanya kandidat yang tercerahkan akan menawarkan politik agonistik.Â
Indikatornya narasi yang dibangun adalah narasi  perubahan. Gagasan yang membangun peradaban dan programnya terkait penguatan kapasitas masyarakat.
Sedangkan Demokrasi adalah penyampaian pesan politik. Yakni pesan politik berupa penawaran politik tersebut. Saluran pesan politik efektif dilakukan secara interpersonal, Â organisasi maupun media massa termasuk media sosial. Tatap muka atau diskusi secara pribadi maupun kelompok yang dilakukan adalah bentuk saluran pesan politik. Â
Kandidat yang melakukan cara ini adalah kandidat yang memberikan Edukasi Politik. Â Pesan Politik harus berupa penawaran politik agonistik yakni narasi, gagasan dan program yamg berhubungan dengan peradaban orang banyak. Yang terkait urusan didepan pintu pintu rumah rakyat.
Konsepsi Politik
Jalan para kandidat menuju perhelatan Pilgub Sulteng bukanlah tanpa konsepsi politik yang jelas. Karena konsepsi politik yang utama dari dari kandidat adalah menjadikan Provinsi Sulteng  lebih maju dalam konteks geopolitik Sulawesi dan Kawasan Timur Indonesia.