Apa yang akan terjadi jika orang 'tidak pamer' di dunia maya?
Pertanyaan yang cukup menggelitik saya, karena dominasi pendapat orang mengupload di sebuah tempat wisata, restauran, nongkrong bersama teman-teman, acara keluarga adalah 'pamer'.
Terus terang saja saya tidak pernah berpendapat begitu. Mungkin karena saya agak tidak pedulian dengan apa yang dilakukan orang.
Pertanyaannya:
-Jika tidak ada yang mengupload pas makan di sebuah restauran, lalu tak seorangpun mengenal restauran itu. Balik lagi ke masa 80-an hanya tahu lewat orang lain, lewat brosur yang dicetak, lewat iklan di koran dan sebagainya.
Hal sama berlaku untuk tempat wisata-wisata baru, para pengelola membuat brosur-brosur supaya dikenal.
Kembali ke jaman itu, dunia maya belum muncul dan dunia nyata lebih dominan, tidak akan ada review-review dari google map, tidak akan ada kedai kopi yang berkembang seperti sekarang ini.
Berpikir kembali mengapa dominan orang bilang pamer? Ya pamer itu memang tak terhindarkan di dunia serba cepat ini. Tetapi tidak semua yang diupload itu pamer kalau menurut saya. Pamer kok di warung murah misalnya. Saya menganggapnya dia berbagi kebahagiaan dengan dopamine-nya.
Satu hal yang sederhana adalah mau orang mengupload sesuatu atau tidak, bisa saja saya beri jempol, tapi tidak pernah saya lalu berteriak dalam hati 'Pamer'.
Melihat sisi positif jadi mengetahui sebuah tempat, harga-harga, yang barangkali saya butuhkan suatu ketika.
Dalam dunia nyata pamer juga banyak, rumah tetangga lebih bagus lalu bilang 'huh pamer'.