Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Rahasia Laris dan Survival Resto di Kupang Ini di Tengah Gempuran Pandemi

28 Februari 2021   14:18 Diperbarui: 28 Februari 2021   16:58 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sup Tom Yum Goong. (Effendy Wongso/Dok. Pribadi)

Tidak banyak rumah makan atau restoran yang dapat bertahan selama dihantam pandemi Covid-19. Pemberlakuan pembatasan seperti tidak bisa makan di tempat yang berlaku di beberapa daerah seperti di Kupang, memang menjadi biang rontoknya eksistensi usaha kuliner.

Memang tidak sepenuhnya salah. Hal itu dilakukan pemerintah daerah (pemda) atau pemerintah kota (pemkot) demi mencegah masifnya penularan virus corona yang diklaim merebak perdana di Wuhan, Hubei, Tiongkok.

Lantaran hal itu pulalah, banyak usaha kuliner yang memilih "gulung tikar" atau paling tidak menutup usahanya untuk sementara waktu sembari melihat keadaan perkulineran yang mulai kondusif apabila pembatasa makan di tempat (dine-in) dibuka.

Selain itu, sejatinya tidak banyak tempat untuk mencicipi kuliner yang dapat mempertahankan keunikan di balik racikan masakannya, bumbu dapur.

Meskipun sangat memukul pelaku kuliner, tetapi hal itu tidak terlalu terlihat pada kompartemen take-away yang masih kondusif di salah satu resto di sana, Waroenk Group. Ini jika membidik laris manisnya pelanggan yang mempercayakan urusah lidahnya di resto ini melalui komparteman bawa pulang (dine-out) atau take-away, baik melalui aplikasi GrabFood maupun mandiri. Tentu, ada hal luar biasa yang dibangun di luar manajemen pengelolaan yang profesional tentu saja.

Bagi Waroenk Group, berkat eksistensi mempertahankan bumbu dapur rahasianyalah sehingga dapat survival hingga saat ini, bahkan berkembang menjadi beberapa cabang restoran.

Hal tersebut diungkapkan Marketing Communication and Public Relation Waroenk Group Merlin Sinlae saat ditemui di Waroenk Seafood, Jalan Veteran 18, Fatululi, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu 28 Februari 2021.

Menurutnya, sejak berdiri di 2017 lalu, cita rasa masakan yang disajikan founder resto berlogo "koki berkumis" ini, tidak pernah berubah dan tetap mengusung kualitas rempah khas yang diolah chef andal yang sekolektif turut membangun resto dengan beberapa cabang di Kota Sasando, sebutan wilayah Kupang.

"Rumah makan kami yang pertama, buka dengan nama Waroenk Oebufu, terletak di Jalan WJ Lalamentik Oebufu. Kemudian, tidak begitu lama, hanya dalam waktu sekitar satu setengah tahun, dibuka cabang lagi dengan nama Waroenk Seafood and Oriental Cuisine di Jalan Veteran 18 Fatululi ini," papar Merlin.

Ia menambahkan, dari sekitar seratusan menu yang diusung bagi penikmat kuliner, ada menu ikonik yang ditawarkan pihaknya.

Nasi Iga Goreng Sambal Bawang. (Effendy Wongso/Dok Pribadi)
Nasi Iga Goreng Sambal Bawang. (Effendy Wongso/Dok Pribadi)
"Kalau di Waroenk Oebufu, menu terpopuler kami itu ada Nasi Iga Goreng Sambal Bawang. Menu ini disukai karena daging iganya empuk, apalagi dilengkapi sambal pedas yang menggigit. Sementara, di Waroenk Seafood and Oriental Cuisine, kami ada Bebek Panggang Waroenk, Sup Tom Yum Goong, Udang Goreng Saus Telur Asin, Kepiting Saus Lada Hitam, serta beberapa minuman seperti Es Shangha yang kami banderol murah Rp 23.500," urai Merlin.

Es Shanghai. (Effendy Wongso/Dok. Pribadi)
Es Shanghai. (Effendy Wongso/Dok. Pribadi)

Ia menambahkan, Sup Tom Yum Goong pihaknya yang hanya dibanderol Rp 31.000 juga disukai lantaran merupakan masakan ala Thailand yang memiliki cita rasa berbeda.

"Rasanya lebih unik, otentik kuliner Thai. Rasanya juga lebih segar karena sebagian besar bahan berkualitas impor," kata Merlin.

Selain Tom Yum Goong yang telah menjadi kuliner pilihan, juga ada menu Udang Saus Telur Asin yang juga tidak kalah menggiurkan. Menggiurkan seperti disebut Merlin lantaran makanan berbahan seafood tersebut diolah dengan bumbu rahasia yang disebutnya "bumbu ala Waroenk".

Dijelaskan, cara memasaknya adalah dengan melumuri atau menyelimuti udang dengan tepung. Kemudian, digoreng dengan minyak hingga lumuran tepung menyatu dengan kulit udang yang juga dibaluti telur asing, hingga terasa gurih dan krispi.

Kepiting Saus Lada Hitam. (Effendy Wongso/Dok. Pribadi)
Kepiting Saus Lada Hitam. (Effendy Wongso/Dok. Pribadi)

Sementara itu, Kepiting Saus Lada Hitam juga merupakan salah satu menu andalan yang terbilang unik.

"Unik, karena menu ini melewati tiga kali proses pengolahan. Ini tujuannya supaya bumbu menyatu ke dalam daging kepiting," beber Merlin.

Ia memaparkan, proses pertama kepiting direbus dengan suhu 120 derajat. Setelah itu, ditiriskan lalu digoreng dengan minyak selama lima menit, kemudian dicampur dengan bumbu rahasia pihaknya.

"Hasilnya kepiting ini rasanya pedas, gurih, dan manis. Kepiting yang kami olah sangat terjaga kualitasnya, soalnya kami memesang kepiting kualitas terbaik dan fresh," imbuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun