Cerita ini menjadi perjalanan pertama bagiku merawat orang sakit yang ternyata proses pengobatannya panjang sekali.
Kupikir mendampingi orang sakit adalah perkara mudah. Sekedar datang ke rumah sakit, dampingin, berobat, lalu pulang.
Ternyata ini tak sepenuhnya benar, meski tak 100% salah pula. Karena berapa lama waktu yang dihabiskan tergantung penyakit yang diderita.
Panjangnya proses pengecekan kondisi tubuh pasien, hingga begadang di ruang rawat inap
Bagi pasien yang akan menjalankan operasi, ada serangkaian pengecekan kondisi tubuh yang harus dilakukan untuk memastikan apakah operasi dapat dijalankan dengan aman atau tidak.
Mulai dari cek darah, rontgen, konsul jantung, paru, anestesi, hingga antigen bagi yang sudah mendapatkan vaksin pertama dan kedua, atau PCR bagi yang berhalangan menerima vaksin akibat kondisi kesehatan yang tak memungkinkan.
Aku juga baru tahu, bahwa pihak rumah sakit menolak pasien yang melakukan PCR atau antigen di rumah sakit berbeda. Alasannya logis memang, tak ingin kecolongan dan mengorbankan tim medis yang merawat pasien.
Sebetulnya, proses pengecekan ini cukup mudah dan hasilnya pun keluar dengan cepat. Namun, ukuran rumah sakit yang terbilang besar membuat pasien dan pendamping mau tak mau kudu banget jalan dari satu gedung ke gedung yang lain.
Bolak balik. Dari pengecekan satu kembali ke poli, begitu selanjutnya sampai benar-benar selesai dan pasien dinyatakan aman untuk melakukan operasi.
Dalam proses ini, kamu yang sering berolahraga akan paham betul manfaatnya. Sebaliknya, kalau jarang, ya siap-siap aja kaki sampe kram. Haha.
Cuma yang kasihan, ya pasien dan pendampingnya kalau manula.