Daaann, proses pengecekan tersebut ternyata tak bisa dilakukan di satu hari yang sama. Hari ini mungkin cek darah dan rontgen, 2 hari lagi lanjut konsul jantung dan paru, lalu 2 hari lagi antigen dan konsul anastesi.
Jadi kalau rumahnya jauh, ya siap-siap deh nambah hari-hari dan biaya lagi di penginapan di sekitar RS tersebut. Kalau mau kembali ke rumah dan datang lagi untuk konsul berikutnya, wah sayang aja itu biaya transportasinya.
Apakah dengan pasien masuk ke ruang rawat inap maka urusan selesai?
Oh belum! Prosesnya masih panjang.
Pendamping pasien masih harus menunggu hingga proses operasi usai dan masa pemulihan berlalu lalu pasien bisa dibawa kembali ke ruang rawat inap.
Lalu dimana tantangannya?
Di sini juga aku paham, kenapa orang-orang yang keluarganya dirawat inap di rumah sakit, rela banget berat-berat bawa termos, blender, bahkan ada yang bawa rice cooker.
Dari sisi ekonomi, meski mungkin biaya pengobatan dibackup penuh oleh BPJS, sebetulnya tetap banyak pengeluarannya.
Ya transportasilah, ya makanlah, ya air minumlah, ya tempat penginapan sebelum masuk ke ruang rawat inap lah, ya laundrylah. Banyak deh pokoknya. Apalagi kalau di RS nya lama.
Jadi memang harus pintar-pintar nekan pengeluaran. Caranya ya itu tadi. Bawa peralatan sendiri.
Alih-alih beli juice yang sekali minum itu harganya Rp 15.000, akan lebih baik bila pendamping pasien membeli buah 1Kg yang harganya tak jauh berbeda, kemudian membuat jus sendiri dengan peralatan yang dibawa. 1Kg buah sudah bisa menghasilkan beberapa gelas jus untuk kebutuhan pasien selama beberapa hari ke depan. Lebih hemat bukan?
Ini yang kami kecolongan kala itu.
