Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hai Para Artis, Setelah "Launching" Selanjutnya Apa?

25 Oktober 2017   16:42 Diperbarui: 25 Oktober 2017   19:27 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Beruntung sekali para artis yang memiliki nama berikut dengan segambreng fans. Bermodal nama, berbagai bisnis bisa digeluti. Mulai dari pakaian, properti, hingga kini yang sangat ramai adalah makanan terutama roti-rotian hingga menyebut diri sebagai oleh-oleh khas daerah di mana usaha tersebut dibuka. Mencoba menyingkirkan jajanan daerah setempat yang hadir bersama dengan sebuah sejarah di mana saat seseorang mengonsumsinya, tak hanya mendapat pangan, tapi juga kisah di baliknya.

Saat kuliah dulu, tugas pertama setelah mengikuti mata kuliah sesuai jurusan adalah menuliskan beragam makanan yang bagi orang lain seperti mustahil, tapi bagi kami mungkin untuk dilakukan. Bukan berarti tuhan, melalui tugas ini, kami dituntut untuk mampu menjadi pribadi yang berpikir kreatif dan karena memang D3 ditempah untuk menjadi seorang wirausaha yang menciptakan dunia kerja. Bukan orang kantoran yang tunduk pada beragam tugas untuk memperkaya sang empunya. Meskipun sampai saat ini belum bisa saya lakukan.

Pernahkah berpikiran untuk membuat geplak dengan bahan baku labu siam? Saya dan tim dulu berhasil membuatnya. Dan saat saya buat di rumah, orang rumah pada doyan. Bahagianyaa... hehehe.

Pernahkah berpikiran untuk membuat ragam keripik dari macam-macam kulit buah? Atau mungkin sayur? Teman-teman saya berhasil membuat keripik bermodal daun bayam, dari kulit singkong, atau cake dari singkong? Dodol papaya berbentuk slice (mirip keju)? Kue sagon berbahan tepung pisang? Kami sudah membuatnya.

Saat membaca tugas-tugas tersebut, kami terbahak. Lucu sekali rasanya bagaimana membayangkan sebuah makanan muncul dari bahan-bahan yang harusnya dibuang. Dan itu terdengar tidak mungkin. 2-3 bulan berselang, beberapa dari ide-ide yang muncul entah dari mana itu akhirnya berhasil kami kembangkan. Bahkan dari keripik daun bayam teman saya berhasil meraup pundi-pundi rupiah dalam jumlah yang terbilang tidak sedikit. Banyak yang doyan rupanya.

"Bisnis makanan memerlukan inovasi yang tinggi. Berpikir out of the box kalau mau terus laku. Entah itu dari menu, bahan, tema restoran atau pelayanan yang kamu tawarkan. Dengan begitu, kamu dan bisnismu tidak mati." Begitu kata dosen saya dulu.

Konsumen memang selalu diliputi rasa penasaran. Apalagi terhadap sesuatu yang tengah tren. Belum lagi ada iming-iming nama sang idola yang akan berhasil mendapatkan banyak 'love' di social media meski sebenarnya rasanya tidaklah seberapa. Mau foto dengan idola? Kejar saat launching outlet, bisaa.

Lalu terlepas dari terjawabnya rasa penasaran itu? Akan jadi apa bisnismu kelak? Terus merengek menjual namamu dan berharap mereka yang belum mencoba mampir untuk merasa? Baiklah. Seberapa lama?

Masih ingat akan boomingnya rainbow cake? Dulu, siapa yang tidak pernah mencobanya? Adakah? Saya tidak percaya jika masih ada orang yang tidak pernah mencicipi bagaimana rasanya rainbow cake. Meski sebenarnya rasa tidaklah jauh berbeda dengan yang sudah ada, siapapun yang memiliki ide rainbow cake ini, patut diacungi jempol. Tampilannya berhasil menaklukkan hati jutaan konsumen di luar sana.

Bagaimana dengan sekarang? Apa kabar rainbow cake? Bisa dibilang sudah bye bye. Ada manusia inovatif lain di luar sana yang tidak menyukai rainbow cake, dan jatuh cinta dengan bentuk ulat yang akhirnya diaplikasikan dalam bentuk kue kering. Lihat saat lebaran tahun lalu? Tumpah ruah produk ini di mana mana.

Ada limit atas masa tren sesuatu, termasuk itu produk pangan. Tren sekarang kelak akan dimatikan oleh tren yang akan datang. Begitupun dengan bisnis para artis yang semakin tumpah ruah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun