Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Jangan Khawatir, Usakti Punya Stok Penyanyi Keroncong

14 Agustus 2019   10:08 Diperbarui: 14 Agustus 2019   10:34 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wiratno, dosen Usakti Jakarta tengah membawakan lagu berirama Keroncong saat HUT FH'20 Usakti. Foto | Dokpri

Di tengah maraknya rekaman lagu pop, banjirnya lagu-lagu Barat seperti country membuat para orang tua khawatir akan nasib lagu-lagu keroncong dan irama lautan teduh makin dijauhi para generasi muda.

Pernakah Anda mendengar dalam satu hari sebuah lagu keroncong dalam perjalanan di dalam mobil, di rumah atau pasar swalayan. Sangat jarang, tentu. Bahkan bisa disebut tergolong langka. Dewasa ini, sebuah stasiun radio memutar atau menayangkan lagu keroncong tak lagi dilakukan.

Apa lagi melalui layar kaca, televisi. Wuih, sudah semakin jauh. Dulu, ketika penulis masih kecil, sangat sering lagu keroncong terdengar di kediaman rumah tetangga atau famili. Utamanya saat malam hari, seolah diputar sebagai lagu pengantar tidur. Ya, mirip-mipir lagu Nina Bobo yang banyak dinyanyikan para orang tua kala menggendong balita.

Penulis pun sampai hafal liriknya, yang begini:

nina bobo ooh nina bobo.

kalau tidak bobo digigit nyamuk.

nina bobo oo nina bobo kalo tidak bobok digigit nyamuk.

nina bobo oo nina bobo.

hari sudah malam terkabut intan.

nina bobo oo nina bobo.

bulan kan menjagamu tidurlah sayang.

kalo tidak bobo digigit nyamuk.

tidurlah agarlah pagi cepat menjelang.

tidurlah agar pagi cepat menjelang

Hehehe sekedar mengingatkan para orang tua bahwa lagu tersebut mengandung petuah bagi anak.

A.Rudi Haris, Ketua FH'20 Usakti juga jago membawakan lagu Keroncong. Foto | Dokpri
A.Rudi Haris, Ketua FH'20 Usakti juga jago membawakan lagu Keroncong. Foto | Dokpri
Nah, kembali ke topik lagu keroncong.

TVRI pernah menyuguhkan program lagu-lagu keroncong. Tapi, ya gitu. Penontonnya sangat jarang. Bahkan rating televisi pemersatu bangsa itu melorot sehingga membawa pengaruh pada iklan yang masuk.

Walhasil, keroncong, termasuk musik yang mendekati iramanya seperti lautan teduh, makin jauh dari hati publik. Tak ada lagi dapat disaksikan lagu berirama keroncong dan irama lautan teduh berkumandang. Dampaknya, ya generasi muda tak kenal. Ini sangat mengkhawatirkan.

**

Namun jangan khawatir. Univeristas Trisakti, khususnya dari kalangan alumni  Fakultas Hukum angkatan 20 Universitas Trisakti (FH'20 Usakti) Jakarta, masih punya stok penyanyi keroncong. Hal ini, bagi penulis, sungguh sangat menggembirakan.

Jadi, dari kalangan orang tua yang merindukan lagu keroncong bisa mengundang penyanyinya untuk perhelatan tertentu. Setidaknya, bagi orang tua, dapat tampil saat perayaan ulang tahun sekaligus untuk mengenang masa silam.

Penulis marasa yakin, penyanyinya bersedia hadir meski itu tidak dibayar sekalipun.

Sebelum saya memperkenalkan nama penyanyi keroncong dari FH'20 Usakti Jakarta, eloknya diingatkan bahwa sampai 2005 musik keroncong tergolong masih eksis, seperti penyanyi Waljinah dengan lagu Walang Kekek, Mus Mulyadi dengan lagu Jembatan Merah, Caping Gunung yang dibawakan Gesang Martohartono.

Ini personil band asuhan Ifik Arifin yang mengiringi penyanyi Keroncong dari Usakti. Foto | Dokpri
Ini personil band asuhan Ifik Arifin yang mengiringi penyanyi Keroncong dari Usakti. Foto | Dokpri
Lagu Bengawan Solo berirama keroncong sangat beken di Jepang. Hingga kini masih melekat di hati warga dari negara Sakura itu.

Laman iMusic menyebut belakangan ini perkembangan dunia musik demikian menggembirakan. Tapi sayang ada satu jenis musik asli Indonenesia yang terkikis oleh perkembangan musik, aliran musik tersebut adalah Keroncong.

Keroncong masuk ke Indonesia pada abad ke-16, dan dibawa oleh bangsa Portugis. Pada saat itu Keroncong disebut dengan Moresco, dan saat melemahnya budaya Portugis di abad-17, musik ini semakin dikenal oleh publik hingga sampai ke negara tetangga. Lalu pada tahun 1960-an musik jenis ini redup.

Musik keroncong kembali bersinar pada abad ke-19,  saat itu musik keroncong ditambahkan beberapa instrumen seperti seruling, gitar okulele Cak, cuk, contrabass, biola, cello, dan gitar akustik.

Salah satu tokoh keroncong yang sangat dikenal publik hingga saat ini adalah Alm. Gesang. Gesang berasal dari kota Solo, ia menciptakan lagu keroncong berjudul "Bengawan Solo". Lagu tersebut mengantar nama Gesang terkenal, sampai ke Jepang.

Gesang sempat mendapat julukan Buaya Keroncong, karena sepak terjangnya yang tidak terkalahkan saat itu. Gesang wafat pada 20 Mei 2010 lalu, ia mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional karena jasanya untuk Bangsa Indonesia melalui karyanya. Nama Gesang saat ini dijadikan nama sebuah jalan di kota Surakarta.

Mengambil posisi ketika foto bareng. Foto | Dokpri
Mengambil posisi ketika foto bareng. Foto | Dokpri
**

Lantas, siapa pentolan penyanyi dengan irama Keroncong dari FH'20 Usakti itu?

Salah satunya adalah Wiratno. Ia yang kini berstatus sebagai dosen sering kali di berbagai kesempatan tampil dengan lagu irama Keroncong. Berikutnya, A Rudi Haris, ketua FH'20 Usakti. Masih ada beberapa penyanyi berirama Keroncong dari kalangan Usakti, namun penulis tak hafal namanya.

Para penyanyi berirama Keroncong itu penulis jumpai kala mereka merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) FH'20 Usakti. FH'20 Usakti saat itu tengah merayakan hari jadinya yang ke-40. Mereka berkumpul di Gedung Said Sudirman Center, beberapa waktu lalu. Para penyanyi Keroncong itu mendapat sambutan hangat dari rekan-rekan mereka yang diiringi band dibawah asuhan Ifik Arifin.

Dulu, dugaan penulis, mahasiswa Usakti paling gemar lagu-lagu paling gemar lagu-lagu Barat. Maklum, universitas itu salah satu lembaga pendidikan elite pada saat itu. Warga Jakarta pasti paham, untuk menjadikan anak-anaknya dapat kuliah di situ perlu merogoh kocek dalam. Yang kuliah di situ pun banyak berasal dari sederet selebritas hingga anak pejabat.

Tapi, bila dilihat realitas kekinian, dunia sepertinya menjadi terbalik. Justru dari Usakti hadir penyanyi keroncong berkelas. Setidaknya "kelas tarkam", antarkampung namun tak bisa lagi dipandang dengan sebelah mata.

Wah, pokoknya keren banget.

Jika saja mereka membuat rekaman, membuat album kenangan lagu Keroncong, sangat diyakini bakal laris terjual.

Lantas, pikiran kita pun terbawa kala musik yang mirip dengan Keroncong. Yaitu, irama Lautan Teduh. Meski tak sama persis, yang jelas membuat kita ke dalam suasana tenang.

Bicara Irama Lautan Teduh tak bisa lepas dari sosok Hoegeng Imam Santoso. Ia adalah jenderal polisi yang pada masa Orde Baru memegang jabatan paling prestisius di tubuh Polri, yaitu Kapolri. Ia pegang jabatan itu antara 1968 hingga 1971.

Menurut Pipih Nugraha, jurnalis senior Kompas, pada tahun 1970-an sampai awal tahun 1980 itu, publik lebih mengenal Hoegeng karena Irama Lautan Teduh-nya di TVRI bersama kelompok musik The Hawaiian Seniors.

Penyanyi /dokpri
Penyanyi /dokpri
Program musik yang digagas Pak Hoegeng kala itu sangat populer, hingga akhirnya "terpaksa" dihentikan oleh rezim Orde Baru. Salah satu alasannya, acara The Hawaiian Seniors dianggap tidak mencerminkan musik asli Indonesia.

Sebuah alasan yang terdengar "dibuat-buat." Pak Hoegeng sempat bertanya bagaimana dengan musik pop atau dangdut yang juga bukan berasal dari Indonesia. Namun dirinya tidak pernah mendapat jawaban yang jelas.

Beberapa pihak menganggap, sebenarnya musik Hawaiian merupakan musik asli Maluku. Namun sayangnya, belum ada penelitian valid tentang pernyataan itu.

Hawaiian ini bisa dibilang sangat dekat dengan orang-orang di wilayah Timur Indonesia. Musik ini disebut Hoegeng sebagai Irama Lautan Teduh. Secara geografi dan kultural sangat dekat dengan Indonesia bagian Timur terutama Maluku.

Bing Leiwakabessy, musisi Hawaiian sekaligus maestro gitar steel mengatakan bahwa musik Hawaiian jika diruntut, justru berakar dari Maluku. Hal ini membuktikan bahwa terdapat sejarah musik yang kuat di tanah Maluku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun