Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Lupakan Kecoa sebagai Musuh Bersama

27 Juli 2019   07:07 Diperbarui: 27 Juli 2019   07:36 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasca Pilpres 2019, kita patut melupakan Kampret dan Kecebong. Melupakannya bukan atas anjuran para elite politik, tetapi harus datang dari dalam diri sendiri. Tegasnya, kini kesadaran melupakan kedua mahluk itu harus dilakukan sungguh-sungguh. Serius!

Hal itu penting kaitannya agar kita dapat bersatu memerangi satu musuh yang belum tuntas sejak zaman kuda gigit besi. Yaitu, mahluk yang bernama Kecoa (ada yang menuliskannya Kecoak). Kini, Kampret dan Kecebong tidak patut lagi tayang di layar televisi dan media sosial, sudah harus dikubur. Mereka sudah mati.

Kita tahu bahwa kedua mahluk binatang ini dipakai sebagai nama kelompok manusia lantaran punya perbedaan. Baik perbedaan dalam hal cara mengenakan atribut pakaian dan pandangan politik hingga tampilan retorika di pentas mimbar. Tetapi, sekali lagi, tidak dengan Kecoa. Kecoa harus dijadikan mahluk musuh bersama.

Dokpri
Dokpri
Hayo, ruh Kampret dan Kecebong bangkit dari liang  kubur dan bersatu berperang melawan Kecoa. Kampret dan Kecebong yang kini sudah di alam mayit (kubur) ruhnya perlu dibangkitkan untuk menyatukan sikap. Paling tidak spiritnya untuk bersatu memerangi Kecoa.

Kok, serius amat sih memerangi Kecoa?

Ya, lantaran Kecoa punya peranan penting dalam penyebarluasan penyakit. Penulis sering mendengar ucapan pakar kesehatan, Kecoa adalah salah satu mahluk vektor mekanik bagi makro organisme patogen, sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing, menyebabkan timbulnya reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan pembengkakan kelopak mata.

Kecoa dapat menyebarkan penyakit kolera, tifus, desentri, diare dan penyakit lainnya yang punya kaitan dengan kondisi sanitasi. Dan, jangan lupa pula Kecoa dapat menularkan penyakit parasit usus.

Kecoa, di kampung saya disebut coro, adalah serangga dari ordo Blattodea yang kurang lebih terdiri dari 3.500 spesies dalam 6 famili. Kecoa terdapat hampir di seluruh belahan bumi, kecuali di wilayah kutub.

Nah, sudah tahu kan? Betapa dahsyatnya Kecoa merusak kehidupan manusia.

Penulis ingin mengingatkan lagi pentingnya kebersamaan dan persatuan dalam memerangi Kecoa. Mengapa? Ini semata-mata demikian luasnya wilayah Indonesia, lebih dari 17 ribu pulau dan panjang pantai 81 ribu km dan luas wilayah laut 5,9 juta meter persegi. Tentu saja untuk menyatukan itu peran transportasi punya peran penting sebagai sarana untuk melayani mobilitas warganya.

Berkembanganya transportasi laut, udara dan darat mengakibatkan pergerakan orang dan barang dari satu kota ke kota lainnya, termasuk antarnegara, perlu pengawasan di bidang kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun