Setiap peringatan Hari Anak Nasional bukan hanya anak-anak dan orang tuanya yang bergembira. Di antara anggota keluarga ada yang jauh merasa gembira, yaitu seorang kakek dan nenek.
Mengapa? Ya, karena neneklah yang umumnya banyak terlibat ketika seorang ibu yang baru hidup dalam sebuah rumah tangga harus belajar banyak dari ibunya sendiri.
Lantas, si ibu mertua atau si ibu kandung dari anak yang melahirkan tadi mendapat gelar baru. Jika si anak memperoleh predikat sebagai ibu, maka ibu mertua atau ibu kandung secara otomatis menjadi seorang nenek. Juga bapak mertua atau besannya memperoleh gelar kakek (eyang) sesuai dengan sebutan daerah bersangkutan.
Nah, ketika si nenek atau kakek tahu ada peringatan perayaan hari anak nasional, merekalah yang merasakan kegembiraan itu.
Orang tua mana yang tak bahagia setelah tahu bahwa dirinya telah menjadi kakek dan nenek. Karena itu, peringatan Hari Anak Nasional sejatinya bukan milik semata untuk anak bersangkutan, tetapi juga kedua orang tua, nenek dan kakeknya.
Kakek dan nenek adalah bagian tak terpisahkan dalam kehidupan seorang cucu. Mereka terlibat dalam proses perawatan mulai dalam kandungan, melahirkan hingga perawatan. Bahkan tidak sedikit cucu lebih dekat kepada nenek ketimbang ibunya sendiri.
Dari pengalaman yang ada, ibu mertua atau ibu kandung akan meningkat kesibukannya ketika mengetahui puterinya yang baru menikah tengah mengandung. Petuah atau nasihat dengan kata-kata serupa sering diulang-ulang. Bagai radio rusak, begitu kesannya.
Demikian pula jika orang tua tinggal di luar kota. Begitu mendengar puterinya akan melahirkan, akan diupayakan untuk datang guna mendampingi saat proses persalinan. Kegembiraan akan terpantul kepada nenek dan kakek ketika persalinan berjalan lancar dan selamat.
**
Seorang kakek atau nenek akan merasa panik ketika mendengar cucunya jatuh dari tempat tidur atau area bermain. Seorang kakek atau nenek akan marah ketika orang tuanya mendapat laporan dari sang cucu bahwa ketika pulang sekolah tidak dijemput.
Bagi penulis sulit menjelaskan hal ini. Yang jelas, menjadi kakek --bisa jadi terjadi pada neneknya-- terasa punya ikatan emosional demikian erat dengan sang cucu.
Karena itu, bagi seorang nenek atau kakek, ketika sang cucu berada di kediaman rumah nenek (ketika berlibur, misalnya), akan mendapat perlakuan istimewa. Ia dimanja berlebihan. Perhatian nenek dan kekek saat itu tercurah kepada sang cucuk.
Apa lagi ketika sang cucu pandai bicara, celotehnya ditanggap. Karena demikian seru, nenek dan kakek merasa terhibur. Namun ketika mendapat cerita tentang kedua orang tuanya memperlakukan sang cucu tidak sebagaimana mestinya, sang nenek dan kekek angkat bicara dan memarahi orang tua sang cucu.
**
Anak adalah permata bagi kedua orang tuanya. Anak juga dambaan dan hari depan bagi kedua orang tuanya. Dalam prespektif agama, anak yang saleh doanya tidak akan ditolak Allah ketika orang tuanya sudah di alam kubur.
Realitasnya, membentuk anak menjadi berguna bagi agama, masyarakat sekitarnya dan negara tidak semudah membalik sebelah telapak tangan. Anak harus tumbuh dan berkembang dengan wajar sesuai usianya. Orang tua punya kewajiban memberi bimbingan secara optimal kepada anak, seperti disertakan dalam pendidikan formal (sekolah) hingga berlanjut ke pendidikan tinggi.
Tapi, itu saja tidak cukup. Dalam perjalanan menuju dewasa, anak butuh perlindungan dari lingkungan buruk. Benih buah kurma tak mungkin dapat tumbuh jika ditanam di lahan basah, di sawah. Tapi ia hanya cocok di padang pasir, Timur Tengah.
Mengingat pendidikan anak melibatkan banyak orang, maka orang tua penting memliki kesamaan pendangan dengan para pendidik di sekolah. Termasuk pula dengan nenek dan kekeknya yang selalu memberi perlindungan kepada sang cucu berlebihan.
Karena itu, sungguh tepat Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia mengangkat tema Hari Anak Nasional 2019 dengan "Peran Keluarga Dalam Perlindungan Anak".
Peringatan Hari Anak Nasional sendiri dipusatkan di Lapangan Karebosi, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, pada Selasa, 23 Juli 2019.
Sampai kini, kita masih mendapati anak dalam keluarga dapat perlakuan kekerasan. Juga masih ada anak-anak belum beruntung untuk mendapat pendidikan sebagaimana mestinya.
Kita berharap ajakan Kemen-PPA untuk merenungkan kembali tentang pelindungan anak dalam keluarga dapat membuahkan hasil.