Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Keceriaan Anak Terpantul dari Wajah Kakek dan Neneknya

23 Juli 2019   12:16 Diperbarui: 23 Juli 2019   16:37 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keceriaan bocah di kolam renang. Foto | Dokpri

Setiap peringatan Hari Anak Nasional bukan hanya anak-anak dan orang tuanya yang bergembira. Di antara anggota keluarga ada yang jauh merasa gembira, yaitu seorang kakek dan nenek.

Mengapa? Ya, karena neneklah yang umumnya banyak terlibat ketika seorang ibu yang baru hidup dalam sebuah rumah tangga harus belajar banyak dari ibunya sendiri.

Cara anak hormati penjaga sekolah, cium tangan. Foto | Dokpri
Cara anak hormati penjaga sekolah, cium tangan. Foto | Dokpri
Apakah itu ibu mertua atau ibu kandung sendiri, keterlibatannya sangat diperlukan ketika sang anaknya melahirkan. Seorang anak yang baru menikah lalu melahirkan, dalam pandangan penulis, sangat minim pengetahuannya tentang cara merawat bayi yang benar dan melayani segala kebutuhan dalam keseharian. Termasuk menjaga hingga memberikan ASI kepada sang bayi.

Lantas, si ibu mertua atau si ibu kandung dari anak yang melahirkan tadi mendapat gelar baru. Jika si anak memperoleh predikat sebagai ibu, maka ibu mertua atau ibu kandung secara otomatis menjadi seorang nenek. Juga bapak mertua atau besannya memperoleh gelar kakek (eyang) sesuai dengan sebutan daerah bersangkutan.

Nah, ketika si nenek atau kakek tahu ada peringatan perayaan hari anak nasional, merekalah yang merasakan kegembiraan itu.

Orang tua mana yang tak bahagia setelah tahu bahwa dirinya telah menjadi kakek dan nenek. Karena itu, peringatan Hari Anak Nasional sejatinya bukan milik semata untuk anak bersangkutan, tetapi juga kedua orang tua, nenek dan kakeknya.

Kakek dan nenek adalah bagian tak terpisahkan dalam kehidupan seorang cucu. Mereka terlibat dalam proses perawatan mulai dalam kandungan, melahirkan hingga perawatan. Bahkan tidak sedikit cucu lebih dekat kepada nenek ketimbang ibunya sendiri.

Ponpes dan anak tak mampu belajar di sini. Foto | Dokpri
Ponpes dan anak tak mampu belajar di sini. Foto | Dokpri
Mengapa pula nenek terlibat ketika si bayi masih dalam kandungan? Itu juga disebabkan si ibu perlu pengetahuan tambahan dari orang tua berpengalaman, bagaimana caranya agar sang bayi selamat dan sehat selama dalam kandungan hingga dilahirkan.

Dari pengalaman yang ada, ibu mertua atau ibu kandung akan meningkat kesibukannya ketika mengetahui puterinya yang baru menikah tengah mengandung. Petuah atau nasihat dengan kata-kata serupa sering diulang-ulang. Bagai radio rusak, begitu kesannya.

Demikian pula jika orang tua tinggal di luar kota. Begitu mendengar puterinya akan melahirkan, akan diupayakan untuk datang guna mendampingi saat proses persalinan. Kegembiraan akan terpantul kepada nenek dan kakek ketika persalinan berjalan lancar dan selamat.

**

Seorang kakek atau nenek akan merasa panik ketika mendengar cucunya jatuh dari tempat tidur atau area bermain. Seorang kakek atau nenek akan marah ketika orang tuanya mendapat laporan dari sang cucu bahwa ketika pulang sekolah tidak dijemput.

Relawan mendaftarkan anak tak mampu untuk sekolah. Foto | Dokpri
Relawan mendaftarkan anak tak mampu untuk sekolah. Foto | Dokpri
Kasih sayang nenek atau kakek melebihi orang tunya. Mengapa bisa demikian?

Bagi penulis sulit menjelaskan hal ini. Yang jelas, menjadi kakek --bisa jadi terjadi pada neneknya-- terasa punya ikatan emosional demikian erat dengan sang cucu.

Karena itu, bagi seorang nenek atau kakek, ketika sang cucu berada di kediaman rumah nenek (ketika berlibur, misalnya), akan mendapat perlakuan istimewa. Ia dimanja berlebihan. Perhatian nenek dan kekek saat itu tercurah kepada sang cucuk.

Apa lagi ketika sang cucu pandai bicara, celotehnya ditanggap. Karena demikian seru, nenek dan kakek merasa terhibur. Namun ketika mendapat cerita tentang kedua orang tuanya memperlakukan sang cucu tidak sebagaimana mestinya, sang nenek dan kekek angkat bicara dan memarahi orang tua sang cucu.

**

Anak adalah permata bagi kedua orang tuanya. Anak juga dambaan dan hari depan bagi kedua orang tuanya. Dalam prespektif agama, anak yang saleh doanya tidak akan ditolak Allah ketika orang tuanya sudah di alam kubur.

Realitasnya, membentuk anak menjadi berguna bagi agama, masyarakat sekitarnya dan negara tidak semudah membalik sebelah telapak tangan. Anak harus tumbuh dan berkembang dengan wajar sesuai usianya. Orang tua punya kewajiban memberi bimbingan secara optimal kepada anak, seperti disertakan dalam pendidikan formal (sekolah) hingga berlanjut ke pendidikan tinggi.

Tapi, itu saja tidak cukup. Dalam perjalanan menuju dewasa, anak butuh perlindungan dari lingkungan buruk. Benih buah kurma tak mungkin dapat tumbuh jika ditanam di lahan basah, di sawah. Tapi ia hanya cocok di padang pasir, Timur Tengah.

Anak yatim dapat santunan. Foto | Dokpri
Anak yatim dapat santunan. Foto | Dokpri
Karena itu, orang tua harus tahu akan kebutuhan anak. Termasuk perlindungan dirinya dari lingkungan buruk. Keluarga harmonis ikut membentuk kepribadian anak ke depan.

Mengingat pendidikan anak melibatkan banyak orang, maka orang tua penting memliki kesamaan pendangan dengan para pendidik di sekolah. Termasuk pula dengan nenek dan kekeknya yang selalu memberi perlindungan kepada sang cucu berlebihan.

Karena itu, sungguh tepat Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia mengangkat tema Hari Anak Nasional 2019 dengan "Peran Keluarga Dalam Perlindungan Anak".

Peringatan Hari Anak Nasional sendiri dipusatkan di Lapangan Karebosi, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, pada Selasa, 23 Juli 2019.

Sampai kini, kita masih mendapati anak dalam keluarga dapat perlakuan kekerasan. Juga masih ada anak-anak belum beruntung untuk mendapat pendidikan sebagaimana mestinya.

Kita berharap ajakan Kemen-PPA untuk merenungkan kembali tentang pelindungan anak dalam keluarga dapat membuahkan hasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun