Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gagal Jadi Politisi, Suroso Berharap Kemensos Bantu Petani Sayuran

21 Februari 2019   23:32 Diperbarui: 21 Februari 2019   23:56 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Suroso ketika menjelaskan petani yang dibinanya. Foto | Dokpri

Menyaksikan nasib petani tak menggembirakan muncul inspirasi bahwa dirinya tertantang untuk menjadi anggota legislatif. Bersamaan dengan itu datang penawaran dari anggota dewan di kota Batam. Lantas, Suroso mengambil keputusan ikut dengan salah satu partai.

Namun, dengan kondisi ekonomi serba pas, Suroso bukan malah meraih sukses. Tapi, justru uang habis dan tenaga terkuras yang berujung kepada kelelahan fisik.  Gagal jadi politisi, maka itu bukan berarti gagal pula memperjuangkan nasib petani sayur di Batam. Berbagai langkah dicoba, tapi tak kunjung memuaskan.

Beruntung ia masih memiliki kekuatan, yaitu adanya dorongan anggota keluarga dan isteri sehingga ia tetap semangat memberikan pengayoman kepada petani sayuran setempat yang tergabung dalam  Gapoktan Tembesi, Sagulung.

Petani belum sejahtera. Foto | Dokpri
Petani belum sejahtera. Foto | Dokpri
**

Niat awal memperjuangkan nasib petani melalui jalur legislatif kini pupus sudah. Suroso gagal menjadi politisi. Belajar dari kegagalan itu, Suroso masih punya kekuatan mendorong para petani yang dibinanya untuk unjuk prestasi. Harapannya, ke depan, ketergantungan sayuran dari luar Pulau Batam dapat dikurangi secara bertahap.

Batam ke depan harus punya kemandirian di bidang sayuran. Mimpi Suroso itu  dapat direalisasikan sehingga kumpulan petani setempat memperoleh penghargaan dari pemerintah setempat.

Tetapi, baginya, cita-cita itu tak cukup sampai di situ. Terpenting adalah bagaimana upaya petani yang dilakukan dengan gigih itu membuahkan hasil pada peningkatan kesejahteraan. Anak-anak petani harus dapat bersekolah dengan baik, dapat tinggal di pemukiman yang layak, dan pelayanan kesehatan memadai sehingga kesejahteraan berkeadilan dapat dirasakan.

Menyadari bahwa untuk mewujudkan itu semua bukan pekerjaan mudah, maka untuk merealisasikannya perlu dukungan pihak lain. Petani sayuran membutuhkan dukungan ProgramKeluargaHarapan dan PKHKemensos.   Bila ada dukungan dari program tersebut, maka petani dapat fokus bekerja. Muaranya, hasil berlimpah.

Pak Suroso kala menerima rombongan tamu. Foto | Dokpri
Pak Suroso kala menerima rombongan tamu. Foto | Dokpri
Hal itu penting. Karena itu para petani setempat perlu didukung dalam hal pelayanan dasar kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi, perawatan.

PKH memang diarahkan untuk menjadi tulang punggung penanggulangan kemiskinan seperti yang dialami petani sayuran di daerah itu. Ya, kita harus yakin bahwa PHK apabila direalisasikan membuahkan hasil. Pasalnya, jika kita simak catatan dari Kemensos bahwa misi besar PKH adalah menurunkan kemiskinan. Terlebih program PHK telah membuahkan hasil.

Hal itu bisa dilihat dari data Kemensos. Tercatat jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 2017 terjadi penurunan kemiskinan dari 10,64% pada bulan Meret 2017 menjadi 10,12% pada bulan September 2017 dari total penduduk atau 27.771.220 jiwa penduduk pada bulan Maret menjadi 26.582.990 jiwa penduduk pada bulan September dengan total penurunan penduduk miskin sebanyak 1.188.230 atau penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0.58% (BPS,2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun