Pada saat yang sama, TBBM Donggala menyalurkan BBM tank @ kiloliter ke empat SPBU bantuan dari sekitar Sulawesi dengan kawalan dan pengawasan polisi. Juga diangkut 50 operator SPBU bantuan dari sekitar Sulawesi dan awak mobil tangki dari Pare-Pare dan Kendari.
Nah, barulah pada 1 Oktober disalurkan 4 ribu liter melalui pesawat Air Tractor (penyaluran hingga 3 Oktober mencapai 12 ribu liter). Peran PT Pertamina (persero) dalam memenuhi energiuntuksulawesitengah menjadi demikian penting.
Air Tractor
Pesawat Air Tractor yang dikerahkan itu untuk  mengirimkan pasokan solar ke Palu. Dari Bandara Juwata Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara)  guna memulihkan kondisi warga dan mendukung operasional pemulihan pascabencana alam gempa dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala.
Info yang didapat, pesawat itu dioperasikan PT Pelita Air Service dibawa oleh Captain Benjamin. Pesawat berangkat Senin pagi (1/10/2018) pukul  06.45 WITA dari Tarakan dan mendarat di Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie, Palu pukul 09.05 WITA.
Di hadapan para kompaianer, External Communication Manager Pertamina itu menyebut bahwa pasokan solar tersebut dikirim sebagai bentuk aksi tanggap darurat Pertamina untuk mengoptimalkan pendistribusian BBM di Palu, Sigi dan Donggala pascagempa dan tsunami. Dan kemudian pesawat itu menjadi tulang punggung percepatan pengiriman BBM.
Terkait pesawat khusus Air Tractor ini, disebut, juga digunakan untuk mendistribusikan BBM ke wilayah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal), khususnya Krayan, Nunukan di Kalimantan Utara (Kaltara) dan Puncak Jaya, Papua, dalam rangka program BBM satu harga.
Pihak Pertamina dalam rangka mengerahkan enam mobil tangki dengan masing-masing kapasitas 16.000 liter untuk didistribusikan ke 4 SPBU di wilayah Palu.
Pelayanan BBM, khususnya solar untuk Rumah Sakit, PLN dan Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) terus digenjot. Ini dimaksudkan agar pelayanan energiuntuksulawesitengah bagi korban gempa semakin baik.
BBM jenis solar, menurut Arya, Â digunakan untuk mendukung operasional rumah sakit, salah satunya RS Undata Palu yang tidak hanya menangani pasien sakit, tetapi juga korban gempa.
Pengoperasian genset di rumah sakit sangat diperlukan untuk menangani pasokan listrik dan peralatan kesehatan. Tercatat saat itu lebih dari 200 korban gempa dan tsunami. Sebagian besar pasien tersebut menderita patah tulang yang terdiri dari pasien dewasa, anak-anak, dan beberapa pasien ibu hamil.