Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Barongsai Dinantikan "Mengaung" di Tahun Anjing Tanah

15 Februari 2018   22:08 Diperbarui: 17 Februari 2018   01:03 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permainan kesenian barongsai di TMII. Foto | Republika.

Begini, kata rekan saya itu, untuk pemain musiknya; yang terdiri dari gong, tambur dan kecrek tidak membutuhkan latihan fisik secara khusus. Tapi, para pemusik yang biasanya terdiri dari empat atau lima orang tersebut, diharuskan menghayati gerak langkah pemain barongsai.

Hadirnya barongsai memiliki sejarah panjang di Tanah Air. Ia menyebut, di negeri asalnya, Cina, permainan kesenian itu populer di zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi.

Ceritanya,  saat para zaman raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi, seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu.

Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda hingga sekarang.

Tarian Singa terdiri dari dua jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat. Penampilan Singa Utara kelihatan lebih natural dan mirip singa ketimbang Singa Selatan yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi antara dua atau empat. Kepala Singa Selatan dilengkapi dengan tanduk sehingga kadangkala mirip dengan binatang 'Kilin'.

Gerakan antara Singa Utara dan Singa Selatan juga berbeda. Bila Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepalanya yang keras dan melonjak-lonjak seiring dengan tabuhan gong dan tambur, gerakan Singa Utara cenderung lebih lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki.

Apu memang tergolong orang terpandang dan menguasai jenis kesenian barongsai. Kesenian itu diperkirakan sudah masuk di Indonesia pada abad-17, ketika terjadi migrasi besar dari Cina Selatan.

Permainan barongsai di Indonesia mengalami masa keemasannya ketika masih banyak perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan barongsai.

Perkembangan barongsai kemudian berhenti pada tahun 1965 setelah meletusnya Gerakan 30 S/PKI. Orang banyak pun tahu, karena situasi politik pada waktu itu, segala macam bentuk kebudayaan Tionghoa di Indonesia dibungkam. Barongsai dimusnahkan dan tidak boleh dimainkan lagi.

Lantas, terjadi perubahan situasi politik di Tanah Air. Dan setelah tahun 1998 kesenian barongsai dan kebudayaan Tionghoa lainnya bangkit kembali. Banyak perkumpulan barongsai bermunculan. Termasuk kelompok kesenian seperti Liong.

Berbeda dengan zaman dahulu, sekarang tak hanya kaum muda Tionghoa yang memainkan barongsai dan liong, tetapi banyak dari etnis Jawa, Melayu dan Dayak ikut memainkannya seperti yang terjadi di beberapa kota Kalimantan Barat. Hal serupa juga bakal terjadi di Bangka dan Belitung, termasuk Semarang, Medan dan kota lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun