Apakah anda pernah mendapatkan iklan menunaikan ibadah umrah berbiaya murah melalui Short Message Service atau SMS?Â
Saya kira, banyak warga Jakarta dan kota-kota besar lainnya mendapatkan iklan tersebut  dengan kisaran biaya Rp13 juta plus fasilitas menggembirakan dan sejumlah plus-plus lainnya.
Iklan menggiurkan untuk pergi umrah ini juga diterima di telepon genggam bagi warga non-muslim. Tentu saja iklan tersebut diabaikan. Jelas, tidak tepat sasaran. Namanya juga iklan liar dan, karenanya, harus dimaklumi.
Akan tetapi juga harus diakui bahwa setiap individu merasa terganggu menerima iklan tersebut. Sebab, suara SMS di handphone dikira awalnya masuk kabar penting yang lantas secepatnya dibuka.
Tapi, rasa dongkol itu juga dirasakan bagi sebagian umat Muslim yang mengira ada informasi penting untuk segera diketahui. Pasalnya, SMS masuk ke gawai tak pilih waktu yang tepat. Bisa jadi orang yang tengah beribadah jadi terganggu hanya sebuah informasi "abal-abal" alias sampah tak bermanfaat.
Kala hal ini disampaikan kepada pejabat berwenang di jajaran Kementerian Agama (Kemenag), yang bersangkutan menyarankan agar melaporkan hal itu kepada pihak polisi.
Wah, rempong eh repot ngurusi informasi gituan kepada polisi. Institusi penegak hukum tidak selalu ada "tong sampah" untuk menampung urusan seperti itu.
Iklan menyesatkan menunaikan ibadah umrah melalui SMS hingga kini tetap marak. Tidak pernah hilang. Bisa jadi karena "mangsanya" memang ada. Yaitu, orang-orang yang belum melek media (sosial) dengan segala informasi bohongnya.
***
Iklan pergi umrah melalui iklan spanduk di jalan raya, dengan menyebut harga murah, di pinggiran wilayah Jakarta, juga masih sering dijumpai. Di Jakarta saja berani pasang iklan masang iklan seperti itu, apa lagi di daerah lain.
Mirisnya, iklan dengan menyebut nama biro penyelenggara umrah "bodong" itu tidak pernah ditertibkan pihak berwenang. Warga setempat pun tak peduli. Bersikap masa bodo.