Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama FEATURED

Nikah Satu Kantor, Ini Warna-warni Kisah Pasangan Bekerja Sekantor

17 Desember 2017   10:11 Diperbarui: 20 November 2021   11:04 3446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Shutterstock

Sangat disayangkan, ketika pasangan ini rebut tak satu pun rekan-rekannya mendekat. Jangankan rekan junior, barangkali semut yang melintas cuma mendecak kagum menyaksikan dua insan berlainan jenis dan resmi diikat dalam pernikahan tengah memperagakan kekerasan terhadap isterinya sendiri.

"Malam dibutuhkan dan dipakai, di kantor dicaci maki dan dipukuli pula. Manusia macam apa?" hanya itu kalimat yang sering penulis dengar dari keluhan dari rekan-rekan jurnalis junior saat itu.

Sayang disayangkan pula, saat "perang" memuncak di ruang redaksi, tak satu pun pejabat turun tangan. Seolah sudah maklum kala mendengar Jambrut melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). 

Katanya, si Jambrut memang punya penyakit. Lagi-lagi, kenapa dokter kantor tak turun tangan jika memang yang bersangkutan mengidap penyakit?

"Wah, nyebelin kalau lihat mereka 'bertarung' di ruang redaksi. Sampai kacak pinggang di atas meja pula," ungkap salah seorang rekan. Itu dulu, sekarang orangnya sudah pensiun sih.

***

Bang Nasir terlihat murung seusai menggelar acara resepsi pernikahan puterinya. Ia menikahkan puterinya, Bunga Wati dengan Jaka Lelono, yang juga merupakan rekan puterinya itu satu kantor di salah satu bank BUMN.

Apa yang menyebabkan Bang Nasir murung. Tak lain ia harus mengikhlaskan puterinya keluar dari kerjanya. Sebab, bank berpelat merah itu punya aturan bahwa suami-isteri dilarang kerja dalam satu kantor.

Awalnya tidak ada persoalan Bunga Wati keluar dari kerjanya. Tetapi di hari kemudian djumpai persoalan baru, Bunga punya jabatan penting kala bekerja dan kini menganggur mengaku merasa hambar hidupnya. Sebab, ia memiliki cukup pendidikan dan keahlian. Sangat disayangkan ilmunya jadi mubazir.

Terlebih lagi ia sebelumnya menjadi "tulang punggung" keluarga. Setelah nikah, gaji sang suami yang tak punya jabatan dan hanya staf biasa itu, tentu saja membuat repot ekonomi keluarga. Mau tak mau Bunga harus mencari kerjaan baru meski harus merangkak dari bawah lagi.

Cuma sayangnya, untuk mendapatkan pekerjaan tak semudah yang dipikirkan kala ia masih berstatus pacaran di kantor. Keputusan menikah dengan rekan sekantor lalu menuai kesulitan ekonomi bagi anggota keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun