Judul itulah yang penulis anggap paling patut diberikan dari pertemuan silaturahim antara pimpinanan dan para pensiunan Antara di Gedung Adiyana Wisma Antara Jakarta (6/12/2017) lalu. Dirut Antara Meidyatama Suryodiningrat memanfaatkan momentum tersebut lebih terkesan melaporkan posisi kantor berita yang dipimpinnya kepada para karyawan dan wartawan pensiunan Antara dewasa ini.
Dalam birokrasi, lazimnya seorang pimpinan melaporkan progres lembaga bersangkuan kepada atasannya. Seorang menteri melapor tentang kemajuan kementerian yang dipimpinnya, misalnya. Bukan kepada karyawan pensiunan. Ini ada apa?
Informasi yang diperoleh penulis, pertemuan Dirut Antara dengan para pensiunan ini terkait dengan Hari Ulang Tahun Antara yang ke-80. Â Naamloze Vennootschap (NV) Kantor Berita Antara didirikan pada 13 Desember1937 oleh A.M. Sipahoetar, Mr. Soemanang, Adam Malik dan Pandoe Kartawigoena, saat semangat kemerdekaan nasional digerakkan oleh para pemuda pejuang.
Sebagai Direktur pertama pada waktu itu adalah Mr. Soemanang dan Adam Malik sebagai Redaktur (wartawan muda, usia 17 tahun pada waktu itu) merangkap Wakil Direktur; Pandoe Kartawigoena sebagai Administratur serta dibantu wartawan A.M. Sipahutar. Adapun kantor KB Antara terletak di Buiten Tigerstraat 30 (sekarang J. Pinangsia 70 Jakarta Kota).
Saat berkarir itu, tentu ada pengurbanan. Misal, saat libur tidak bersama anggota keluarga karena menunaikan tugas. Disaradari bahwa kemajuan Antara sebagai kantor berita hingga kini juga tak lepas dari karya para jurnalisnya. Ya, bapak dan ibu-ibu yang hadir.
Namun, ia melanjutkan, kondisi Antara tentu sudah berubah dan harus menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Sayangya, penjelasan berupa dialog dengan para pensiunan berlangsung tak maksimal. Pasalnya, ya namanya juga silaturahim, lebih banyak menonjolkan kesan hasil kerja masa lalu. Terpokok, menatap ke depan.
Lantas, mau dikemanakan Antara?
Sayogyanya, kantor berita ini sejak berubah status menjadi Perum dalam 10 tahun terakhir telah banyak mengalami perubahan. Dan sejak 2008, kantor berita ini dituntut untuk mendapatkan laba.
Yang menarik adalah laporan Dimas di hadapan para pensiun tentang mau kemana Antara ke depan. Barang kali ini yang penting di tengah pesatnya kemajuan teknologi informasi dan media sosial. Untuk itu ia minta para pensiunan Antara untuk berlapang dada menerima perubahan ke depannya.