Boleh jadi santri millennial tidur selalu ditemani telepon genggam (HP), sering berkomunikasi dengan WA atau telegram dengan dukungan jaringan internet. Bisa jadi pula santri zaman sekarang Alquran pemberian orang tuanya lebih banyak tersimpan di rak buku, tetap terjaga dan terlihat masih baru.
Logis. Dengan melihat pandangan sekelebat, banyak di antara santri millennial akrab dengan gadget atau gawai. Kemudian muncul stigma bahwa santri pun sekarang malas membaca Alquran.
Loh, kok bisa begitu?
Aa Gym, sapaan akrab Kiai Abdullah Gymnastiar, pernah menyebut bahwa para pengguna internet agar menghindari diri dari ketergantungan terhadap gadget. Peringatan itu tentu saja tidak diarahkan kepada satu golongan, semisal mahasiswa atau pun para ibu di lingkungan majelis ta'lim.
Tapi, peringatan untuk semua orang yang merasa tergantung hidupnya dengan gawai. Sebab, melulu tergentung kepada gawai pada berbagai kegiatan dapat menimbulkan keburukan bagi diri sendiri dan berujung pada pengabaian kewajiban.
Sungguh tepat peringatan itu, mengenai sasaran. Penggunaan gawai memang bagai pisau bermata dua. Hati-hatilah. Mungkin itu yang dimaksud kiai kondang ini.
Tapi, ingat. Hal itu tidak terjadi di semua kalangan.
Ini bukan pembelaan. Mumpung masih dalam momentum hari santri, saya ingin memperlihatkan bagaimana memperlakukan penggunaan HP dengan berbagai fiturnya secara bijaksana. Ada seorang ustaz memberi pelajaran Alquran kepada para santrinya ke berbagai tempat tanpa membawa Kitab Suci itu.
Wah! Apa lagi ini? Sebelumnya ada santri kala mengaji tidak membawa Alquran. Kini ustaznya pun sama?
Bisa jadi sindiran Aa Gym ada di antaranya membuat nitizen merasa malu. Tapi tidak dengan kelompok pengajian As-Salam Fakultas Hukum Universitas Trisakti Angkatan 20.