Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Tanah Suci, Ustadz Rohmat Punya Tim Silence Segitiga Ihram

14 Agustus 2017   17:03 Diperbarui: 15 Agustus 2017   23:41 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, kedatangan calon jemaah haji Indonesia di Jeddah. Foto | Dokumen Pribadi

"Mengamalkan ajaran agama harus dengan pendekatan ilmunya. Jika tak paham ilmunya, rasanya jadi hambar," ungkap Juragan Penggede ketika memberi sambutan mewakili rekan-rekannya ketika acara pelepasan rombongan jemaah haji.

Pak Walikota Putushantu yang ikut memberi sambutan dan duduk di barisan terdepan hanya manggut-manggut dan mengiyakan apa yang disampaikan Juragan Penggede.

Beginilah gambaran antara atasan dan bawahan dalam etika birokrasi. Enak dan nikmat pokoknya ditelan saat itu. Apalagi Juragan Penggede adalah atasan Pak Walikota Putushantu dan sudah lama kenal karena pernah duduk di bangku sekolah ketika semasa kecil. Tentu saja watak Juragan Penggede sudah lama dipahaminya.

Dalam menunaikan ibadah haji, ketika sang Juragan Penggede menjumpai tata cara dalam beribadah haji tak berkenan dalam logikanya segera saja ia mempersoalkannya kepada anggota jemaah lainnya. Misal tentang aturan bahwa ketika sudah mengenakan pakaian ihram, orang bersangkutan dilarang: berbuat maksiat, membunuh binatang, memotong dahan atau pepohonan, menggunting kuku dan rambut termasuk mengenakan pakaian berjahit.

Aturan ini, bagi sang juragan, tak semua masuk akal. Sudah usang dan tak lagi sesuai zaman. "Masa, membumbunuh nyamuk saja yang menclok di tangan tak boleh dibunuh. "Ini nggak masuk di akal," katanya.

Sayangnya, sang juragan tak pernah prihal itu ditanyakan kepada sang ustadz. Ia lebih asyik membaca buku dan mendengarkan penjelasan dari berbagai pihak. Jika penjelasannya tak logis, lantas diprotesnya. Sementara yang menjadi lawan bicaranya tak berani adu argumentasi. Maklum, yang diajak berdiskusi orang bawahannya yang takut dipecat karena dianggap melawan atasan. Bawahan tak punya nyali.


***

Pada manasik haji terakhir, Ustadz Rohmat kembali memberi ketegasan dan  panduan tentang pentingnya mengenakan pakaian ihram. Ihram itu penting. Setiap calon jamaah haji harus mengenakan pakaian putih tanpa jahitan itu sebelum melakukan miqat dan diakhiri dengan tahallul (mencukur rambut).

Miqat itu, ia menjelaskan, adalah sebagai tanda dimulainya ibadah haji (batas-batas yang telah ditetapkan). Di tempat miqat itulah seseorang yang ingin mengerjakan haji perlu mengenakan kain ihram dan memasang niat. Miqat digunakan juga dalam melaksanakan ibadah umrah.

Kepada anggota jemaahnya sang ustadz juga menuturkan tentang larangan bagi orang yang berihram. Di antaranya mencukur rambut dari seluruh badan (seperti rambut kepala, bulu ketiak, bulu kemaluan, kumis dan jenggot), menggunting kuku.

Menutup kepala, mengenakan pakaian berjahit yang menampakkan bentuk lekuk tubuh bagi laki-laki seperti baju, celana dan sepatu. Termasuk menggunakan harum-haruman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun