Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyuarakan Toleransi Warga Solo Masuk Panggung Internasional

2 September 2016   14:43 Diperbarui: 23 September 2016   13:21 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid dan Gereja, dua rumah ibadah yang umatnya saling menyayangi di Solo (Dokrpi)


Sejatinya, panggung kerukunan antarumat di Solo sudah tercipta. Potret kerukunan itu dapat dilihat pada dua tempat ibadah yang letaknya berdampingan, di atas sebidang tanah dengan alamat yang sama pula.

Bangunan di Jalan Gatot Subroto Nomor 222 itu adalah Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah. Tak ada sekat tembok yang kokoh. Satu-satunya penanda atau pemisah bangunan tersebut hanyalah sebuah tugu lilin tua, yang merupakan simbol perdamaian kerukunan umat beragama.

Sepanjang sejarah, jamaah kedua tempat ibadah tersebut tak pernah berselisih selama puluhan tahun. Mereka bangga dengan keadaan itu.

Pendeta Nunung Istining Hyang bertutur, GKJ Joyodiningratan didirikan tahun 1939, sementara musala Al Hikmah yang kini berubah menjadi masjid didirikan tahun 1947. Suasana harmonis terjalin lantaran sehatnya komunikasi di antara pengurus masjid dan gereja.

Sudah lama mereka - pengurus gereja dan masjid - hidup harmonis. Tak disangke, ke depan, rumah ibadah tersebut telah menjadi simbol kerukunan. Kedua pemimpin rumah ibadah itu pun kemudian sepakat mendirikan sebuah tugu lilin di antara bangunan gereja dan masjid.

Kerukunan antara kedua umat berbeda itu makin nyata terlihat pada kegiatan ibadah hari besar keagamaan. Saat perayaan Natal atau Idul Fitri, misalnya, mereka akan saling membantu membersihkan halaman dan mengamankan jalannya kegiatan ibadah.

Ketua Takmir Masjid Al Hikmah, Natsir Abu Bakar ketika dijumpai membenarkan hal itu. Saat Idul Adha, hewan kurban pun ditempatkan di muka halaman gereja. Meski ada bau tak sedap, umat Kristiani menerima kenyataan itu sebagai bagian dari kesalehan sosial.

Sesudah penyelenggaraannya selesai, mereka bersama-sama membersihkannya. Kedua pemimpin umat selalu berkomunikasi. Kuncinya, apa pun yang dilakukan harus selalu rukun. Natsir, yang juga sehari-hari adalah sebagai pedagang berlian itu, sering mendapat pujian dari berbagai pihak. Tapi bukan lantas ia lupa diri, justru harus lebih berhati-hati menjaga sikap agar tak dimanfaatkan orang lain.

Tugu sebagai simbol harmonisasi dari kedua umat di tengah kedua rumah ibadah berbeda (Dokpri)
Tugu sebagai simbol harmonisasi dari kedua umat di tengah kedua rumah ibadah berbeda (Dokpri)
Bersama KH Muayaad (Dokpri)
Bersama KH Muayaad (Dokpri)
Harmonisasi kedua umat berbeda agama itu mengundang decak kagum bagi siapa pun yang menyaksikan dua bangunan rumah beribadah saling berdempetan.

Maka, tak jarang kedua rumah ibadah itu kerap didatangi pemuka agama seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk melihat secara langsung tentang kerukunan umat beragama di Solo. Ada yang datang dari Jerman, Inggris, Italia, Spanyol, Belanda. Juga dari kawasan Asia Tenggara (Asean) Filipina, Jepang, Vietnam, Singapura, dan Malaysia.

Kini Solo sudah masuk ke pentas internasional. Kota itu pernah mendapat penghargaan Green City. Solo juga mendapatkan beberapa penghargaan semasa dipimpin Jokowi, kini Presiden RI ketujuh. Sederet penghargaan itu di antaranya Kota dengan Tata Ruang Terbaik ke-2 di Indonesia serta Piala dan Piagam Citra Bhakti Abdi Negara dari Presiden Republik Indonesia pada 2009. Masih banyak lagi penghargaan untuk kota itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun