Mohon tunggu...
Edy Suhardono
Edy Suhardono Mohon Tunggu... Social Psychologist, Assessor, Researcher

Direktur IISA Assessment Consultancy and Research Centre, Surabaya. Tiga buku terakhir nya: (1) 'Membaca Identitas, Multirealitas dan Reinterpretasi Identitas: Suatu Tinjauan Filsafat dan Psikologi' (Gramedia Pustaka Utama, 2023); (2) 'Teori Peran, Konsep, Derivasi dan Implikasi di Era Transformasi Sosio-Digital' (Zifatama Jawara, 2025), dan (3) 'Kecerdasan Jamak, Keberagaman dan Inklusivitasnya' (Zifatama Jawara: 2025).

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nobel Peace Prize 2025: Ketika Dunia Mendengar Perempuan Berani Membela yang Tertindas

14 Oktober 2025   09:36 Diperbarui: 14 Oktober 2025   20:51 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politisi asal Venezuela, Maria Corina Machado, telah dinyatakan sebagai pemenang Nobel Peace Prize 2025. Dengan prestasi ini, Maria berhasil mengungguli sekitar 338 nominasi lainnya, termasuk Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan 243 individu serta 94 organisasi lainnya.

Penghargaan ini menjadi sorotan global, terutama karena Trump sebelumnya mengklaim dirinya layak menerima hadiah tersebut, beralasan bahwa ia telah berkontribusi dalam mengakhiri berbagai konflik. Namun, banyak pengamat politik meragukan peluangnya untuk memenangkan Nobel yang telah berusia 124 tahun ini.

Penghargaan untuk Maria Corina Machado dipandang sebagai simbol dukungan terhadap demokrasi di tengah meningkatnya otoritarianisme di seluruh dunia. Direktur Peace Research Institute Oslo (PRIO), Nina Graeger, menyatakan bahwa penghargaan ini menyoroti keberanian individu yang berjuang untuk kebebasan melalui pemilihan umum, bukan kekerasan. Komitmen Machado terhadap pemilu yang bebas dan adil di Venezuela menunjukkan bahwa perdamaian yang abadi dibangun di atas dasar demokrasi yang kuat.

Sebagai seorang politisi oposisi, Maria Corina Machado telah menjadi suara yang vokal dalam perjuangan melawan rezim otoriter di Venezuela. Keberaniannya untuk berbicara dan memperjuangkan hak asasi manusia di negara yang mengalami krisis politik dan ekonomi membuatnya layak mendapatkan pengakuan internasional ini. Dalam perjuangannya, ia sering kali menghadapi ancaman dan tekanan, tetapi tetap teguh pada prinsipnya untuk mengedepankan demokrasi dan kebebasan.

Trump, di sisi lain, telah berulang kali mengklaim bahwa ia pantas menerima Nobel Perdamaian karena perannya dalam meredakan ketegangan internasional. Ia berpendapat bahwa kesepakatan yang diinisiasinya, termasuk Abraham Accords, adalah langkah besar menuju perdamaian di Timur Tengah. Namun, banyak analis menilai bahwa pendekatannya lebih bersifat pragmatis dan transaksional, bukan berbasis pada nilai-nilai perdamaian yang sejati.

Ketika berita tentang kemenangan Machado tersebar, Gedung Putih merespons dengan nada skeptis. Reaksi ini mencerminkan bagaimana Trump dan timnya merasa bahwa keputusan Komite Nobel adalah bentuk ketidakadilan. Mereka berargumen bahwa penghargaan tersebut menunjukkan bias terhadap politik dan mengabaikan kontribusi yang telah diberikan oleh Trump dalam menciptakan stabilitas global. Hal ini mempertegas narasi "kita versus mereka" yang sering diusung oleh Trump untuk memperkuat basis dukungannya.

Maria Corina Machado bukan hanya seorang politisi, tetapi juga simbol harapan bagi banyak orang di Venezuela. Dalam situasi yang sangat menantang, di mana banyak orang menghadapi kelaparan, pengangguran, dan represi, keberadaan sosok seperti Machado memberikan inspirasi. Ia telah berjuang untuk menciptakan perubahan melalui saluran-saluran demokratis, menunjukkan bahwa kekuatan suara rakyat adalah kunci untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.

Penghargaan Nobel ini juga menunjukkan pentingnya pengakuan terhadap individu yang berjuang untuk prinsip-prinsip demokrasi di seluruh dunia. Dalam konteks saat ini, di mana banyak negara menghadapi tantangan yang serupa, tindakan seperti ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak orang untuk berjuang demi kebebasan dan keadilan. Nina Graeger menekankan bahwa penghargaan ini bukan hanya tentang satu individu, tetapi tentang gerakan yang lebih besar untuk mengembalikan kekuasaan kepada rakyat.

Di tengah ketidakpastian politik dan sosial, Maria Corina Machado menjadi contoh nyata bagaimana seorang individu dapat mengubah narasi dan berkontribusi pada perubahan yang positif. Pemberian Nobel Perdamaian padanya adalah pengingat bahwa meskipun tantangan besar dihadapi, harapan dan ketahanan selalu ada. Ini juga menjadi panggilan untuk tindakan bagi warga negara di seluruh dunia untuk berperan aktif dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan demokrasi.

Kemenangan Machado juga menyoroti pentingnya dukungan internasional dalam perjuangan melawan otoritarianisme. Seiring dengan meningkatnya ancaman terhadap demokrasi di banyak negara, pengakuan terhadap pemimpin yang berjuang untuk kebebasan menjadi semakin krusial. Dengan memberikan penghargaan ini, Komite Nobel menunjukkan bahwa mereka mendukung para pemimpin yang berani mengambil risiko demi masa depan yang lebih baik bagi rakyat mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun