Mohon tunggu...
Edy Suhardono
Edy Suhardono Mohon Tunggu... Social Psychologist, Assessor, Researcher

Direktur IISA Assessment Consultancy and Research Centre, Surabaya. Tiga buku terakhir nya: (1) 'Membaca Identitas, Multirealitas dan Reinterpretasi Identitas: Suatu Tinjauan Filsafat dan Psikologi' (Gramedia Pustaka Utama, 2023); (2) 'Teori Peran, Konsep, Derivasi dan Implikasi di Era Transformasi Sosio-Digital' (Zifatama Jawara, 2025), dan (3) 'Kecerdasan Jamak, Keberagaman dan Inklusivitasnya' (Zifatama Jawara: 2025).

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kerja Tanpa Jaminan: Lahirnya Generasi yang Dipaksa Bertahan Saja

13 Oktober 2025   08:10 Diperbarui: 13 Oktober 2025   14:29 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Job Hugging. Foto: Forbes (Sumber: Metrotvnews.com, 25/9/2025)

Membangun Jembatan, Bukan Sekadar Jaring Pengaman

Solusi atas masalah sistemik tidak boleh bersifat individual. Meminta satu generasi untuk lebih "tangguh" dalam menghadapi kegagalan struktural adalah bentuk pengabaian tanggung jawab oleh para pembuat kebijakan. Fokus kita harus bergeser dari "memperbaiki" pekerja menjadi "memperbaiki" sistem. Tiga pilar fundamental perlu dibangun.

Pertama, memperkuat kembali kontrak sosial melalui kebijakan perburuhan yang adil. Ini menuntut peninjauan ulang regulasi seperti UU Cipta Kerja untuk membatasi penyalahgunaan kerja kontrak dan memastikan upah yang layak untuk hidup. 

Dialog sosial tripartit---melibatkan pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja---harus menjadi landasan, sebagaimana dianjurkan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.

Kedua, membangun sistem perlindungan sosial universal. 

Di era kerja prekariat, jaring pengaman sosial tidak bisa lagi terikat pada status pekerjaan tetap. Mengacu pada praktik terbaik dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), kita perlu mengembangkan skema tunjangan pengangguran yang kuat.

Ini bukan "sedekah", melainkan jembatan yang memberi ruang bernapas bagi pencari kerja untuk menemukan posisi yang sesuai dengan keahlian mereka, bukan sekadar pekerjaan pertama yang tersedia. Manfaat seperti jaminan kesehatan dan pensiun harus melekat pada individu, bukan perusahaan, sehingga dapat dibawa serta saat berpindah antarpekerjaan.

Ketiga, menata ulang masa depan kerja dan keterampilan secara strategis. 

Pemerintah harus memimpin investasi pada sektor-sektor padat karya yang berkelanjutan dan berpusat pada manusia, seperti ekonomi hijau (energi terbarukan, pertanian berkelanjutan) dan ekonomi perawatan (care economy: kesehatan, pendidikan).

Sektor-sektor ini tidak hanya menciptakan pekerjaan yang bermakna dan sulit diotomatisasi, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kebijakan pasar kerja aktif---seperti program pemagangan berkualitas tinggi yang terintegrasi dengan industri dan layanan bimbingan karier yang komprehensif---harus menjadi prioritas untuk menjembatani dunia pendidikan dan dunia kerja, terutama bagi kelompok rentan.

Jutaan anak muda kita tidak sedang malas atau manja. Mereka sedang terperangkap. Tugas kita sebagai sebuah bangsa bukanlah menyalahkan mereka karena memeluk kaktus, melainkan membangun sebuah taman di mana mereka bisa menanam dan memanen bunga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun