Mohon tunggu...
Edy Suhardono
Edy Suhardono Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Assessor

Direktur IISA Assessment Consultancy & Research Centre

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok dan Keputusan Etisnya

23 Mei 2017   01:05 Diperbarui: 23 Mei 2017   03:26 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

6. Emosi dan Naluri Ahok

Begitu Ahok memiliki daftar kemungkinan tindakan untuk situasinya, sulit dibantah bahwa ia menanggalkan penilaian berdasarkan emosi dan nalurinya. Berdasarkan emosi atau nalurinya yang selama ini terbukti menghantarkannya pada kinerja yang tak terbantahkan, ia dapat menentukan pilihan mana yang tampaknya menjadi yang terbaik dan mengapa pilihan itu lebih baik. Dengan kapasitasnya mengerjakan banyak hal dalam satu waktu, tenggat waktu berdiam diri di keheningan bui selama dua belas hari tampaknya memberikan cukup waktu baginya untuk mengambil jarak dengan naluri dan emosinya sehingga ia dapat menyelesaikan penilaian yang lebih komprehensif mengenai kemungkinan opsi yang akan ia ambil. Sebagai konselor dengan jam praktek lebih dari 25 ribu jam/sesi, saya menyimpulkan bahwa Ahok adalah sosok pribadi yang mampu mengambil jarak  pilah antara emosi dan nalurinya. Ini terbukti dari tindakannya yang memiliki tingkat tinggi baik pada konsistensi (ajeg), konsensus, dan distingsi terhadap situasi, orang, dan masalah yang dihadapi.  Bahwa banyak orang berkomentar tentang pembawaannya yang temperamental, saya melihatnya lebih sebagai interpretasi gaya yang ditangkap oleh mereka yang memiliki kerentanan mengalami kecenderungan introyektif sehingga mudah mengandaikan bahwa jika mereka berekspresi seperti Ahok, maka mereka adalah kasar dan emosional; dan inilah sebenarnya mekanisme yang melatari pelabelan mereka terhadap ekspresi sosial Ahok di ruang publik.  

encrypted-tbn0-gstatic-com-ahok-59232709f59273e65fddec30.jpg
encrypted-tbn0-gstatic-com-ahok-59232709f59273e65fddec30.jpg
7. Standar, Pertentangan, Prioritas dan Alasan Ahok Memilih Nilai

Ada kemungkinan Ahok menemukan bahwa beberapa nilai memiliki standar yang saling bersaing. Jika ia menganulir naik bandingnya, apakah lantas ia mengafirmasi dakwaan bahwa ia benar-benar telah melakukan penodaaan agama?  Kalau mayoritas pemangku kepentingan kemudian meyakini hal ini, bagaimana implementasi dari tujuannya untuk mencerahkan warga bangsa? Sejauh mana ia menemukan titik konklusi untuk mendamaikan kompetisi ini? Pada bagian mana berbagai nilai dan standar itu tumpang tindih? Adakah nilai yang ia tidak pernah berkompromi? Jika demikian, apa nilai yang membuat Ahok tidak akan pernah berkompromi?

8. Konsekuensi Potensial Keputusan Ahok terhadap Semua Pemangku Kepentingan

Pilihan keputusan Ahok memiliki konsekuensi. Keputusannya memiliki campuran konsekuensi baik dan tidak begitu baik (bahkan buruk). Ini terkait dengan pilihan keputusan yang ia pikirkan di langkah ke-5, terutama terkait apa konsekuensi potensial (baik dan buruk) itu? Saat menimbang konsekuensi bagi para pemangku kepentingan, saya pikir Ahok memahami bagaimana situasi dan efeknya terhadap orang lain dan bagaimana mereka bereaksi terhadap situasi tersebut. Dengan lain ungkap, Ahok telah menempatkan dirinya pada posisi orang lain atau kelompok pemangku kepentingan. Ia telah membayangkan bagaimana orang lain (pemangku kepentingan) berpikir dan merasakan tentang dilemma etikanya dan bagaimana mereka akan berpikir dan merasa jika Ahok bertindak berdasarkan atas berbagai pilihan keputusannya. Yang jelas, Ahok hampir tidak mungkin menghindari semua konsekuensi negatif. Kunci pegangannya ada pada nilai atau standar yang paling penting untuk dijunjung dalam situasi khusus ini. Ini menjadi titik sorot, sekaliber apa pertimbangan etisnya, dan gilirannya sekaliber apa kenegarawanannya.

9. Keputusan Ahok dan Karakter Pribadinya

Keputusan Ahok untuk menganulir naik banding menunjukkan karakternya. Keputusannya akan menjadi tolok ukur sejauh mana kehormatannya karena sikap etisnya. Keputusannya akan semacam sepatu ke mana orang membayangkan seandainya mereka memasukkan kaki ke dalam sepatu itu dan melihat dilemma etis Ahok dari sudut pandang mereka. Apa pun pendapat mereka, hal itu merepresentasikan keputusan apa yang akan mereka lakukan jika mereka berada dalam posisi sebagai Ahok. Mereka akan menilai, apakah keputusan Ahok merupakan bagian dari rangkaian pilihan mereka? Jika tidak, dengan seluruh kapasitas kejujuran diri, mungkin mereka akan memasukkan opsi keputusan itu sebagai daftar nilai unggul yang selama ini belum mereka pertimbangkan; kecuali mereka memang telah rabun etika.

10. Apakah Ahok harus Memutuskan Menganulir Naik Bandingnya?

Jika pembatalan naik banding merupakan buah keputusan, dapat diyakini bahwa Ahok telah menempuh dan melewati semua langkah dalam pembuatan keputusan etisnya, yakni keputusan yang membantunya menjalani nilai, menghidupi standar nilai, dan menghadapi semua konsekuensi dari keputusan etisnya.

11. Hasil/Akibat dari Keputusan Ahok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun