Bila sedang belajar (mendalami suatu bidang ilmu), jangan ber fikir (bertujuan) untuk menjadi paham dan alim dengan belajar tersebut. Mengapa? Karena hal itu akan membuat kita terdistraksi (terkecoh) dengan hal yang di luar kendali kita. Sehingga bila tidak kesampaian menjadi pintar, akan berakibat putus asa, frustasi dan paling fatal nya adalah tidak ridho dengan ketentuan Allah SWT. Na'udzubillah.
Bagaimana sikap yang tepat? Kita harus paham bahwa yang diwajibkan atas kita adalah "Belajar" dan bukan "pintar/alim". Kita mau belajar atau tidak itu dalam kendali Kita. Dan kemudian kita bisa memahami atau tidak, itu diluar kendali kita. Ketika kita benar-benar paham konsep ini, kita akan fokus pada proses tanpa memandang bagaimana nanti akhirnya. Percaya atau tidak, "proses" inilah yang menjadikan kita lebih dewasa, lebih matang, lebih kritis dalam menghadapi hidup. Kalau sekadar ijazah bisa dibeli, tapi tidak dengan proses. Bagaimana harus bangun dini hari sholat malam, bagaimana rasa kantuk yang ditahan, rasa penat yang dijadikan sahabat dan seterusnya.
Nah...Begitu juga dalam bekerja. Yang diwajibkan ialah "bekerja" bukan "menjadi kaya". Yang di wajibkan adalah "berusaha", bukan "mendapat laba". Sehingga bila saat bekerja yang di ingat hanya uang dan keuntungan, maka hanya lelah yang di rasakan. Karena sejatinya bekerja adalah "ibadah", dan menjadi kaya itu adalah bonusnya.
Adapun rezeki, itu tidak melulu soal uang. Adakalanya berupa kesehatan, keluarga yang harmonis, istri yang sholehah, anak-anak yang yang taat, tetangga yang baik, semangat melaksanakan ibadah, teman yang memotivasi, dan bahkan musibah yang menimpa (bisa jadi kebaikan-kebaikan akan datang setelah itu) dan pada akhirnya anda membaca tulisan ini juga termasuk bagian dari rezeki.
Wallahu A'lam...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI