Lukisan Senja
Puisi : Edy Priyatna
Jarum jam di dinding terus berputar
tak pernah berhenti
hari pertama mulai berkesan
penantian mendebarkan hati
menyentak rasa suka citaku
Kecil hati selalu putaran itu
geraknya begitu cepat
padahal belum sempat berkata maaf
pada mereka semua
orang tuaku
keluargaku
saudaraku
sahabatku
atas kesalahan yang melimpah dalam hidup
Jarum jam di dinding terus berputar
tak pernah berhenti
pagi terlihat sangat cerah
embunnya menguap pancarkan sinar
membangunkan jiwa pelangiku
Beradulah sebentar
aku akan mengatakan sesuatu
ampunilah dosa-dosaku ya Allah
ampunilah dosa-dosaku ibu
ampunilah dosa-dosaku ayah
ampunilah dosa-dosaku istriku, anakku
ampunilah dosa-dosaku adik-adikku, kakak-kakakku
ampunilah dosa-dosaku saudara-saudaraku, sahabat-sahabatku
Jarum jam di dinding terus berputar
tak pernah berhenti
siang datang begitu pesat
serupa terang mentari melayang
menembus batas rinduku
Sanggupkah menunggu barang sejenak
mengapa kau tak menjawab pertanyaanku
goresanmu telah melingkari hati
melepas semua rindu pada malammu
bayangmu biaskan jiwa yang tenggelam
Jarum jam di dinding terus berputar
tak pernah berhenti
malam masih tetap terjaga
bagai gelap yang telah sirna
menghilang dibalik rembulanku
Mewujudkan mimpi-mimpi indah
kenangkan di dada tentang jiwa
teteskan kesejukan dalam damai
torehkan keindahan dalam ramai
hingga tembus dalam ruang dan waktu
akan kuterbangkan angan
Terhadap lukisan senjamu
kunyanyikan kidung-kidung malam
untuk penutup langitmu
lalu kutulis dalam lembar-lembar hati ini
tentang cerita malam serta pesan dan kesan
agar tetap dapat tersimpan semua cita-cita kita
(Pondok petir, 25 April 2013)