Ada dua hal yang kepastiannya hampir setara dengan datangnya hari Senin setelah hari Minggu di kota ini: pertama, Persib akan selalu menjadi topik hangat entah karena menang, kalah, atau sekadar manajernya bersin. Kedua, Anda akan selalu menemukan gerai Uchi Parfume di setiap persimpangan jalan yang strategis.
Serius. Coba deh perhatikan. Entah itu di perempatan padat yang lampu merahnya terasa lebih lama dari cicilan KPR, atau di pertigaan kecil yang jadi jalan tikus andalan para pengendara motor yang dikejar waktu, plang biru-kuning Uchi Parfume seolah menjadi penanda teritori. Sebuah monumen kewangian yang menyapa kita di titik-titik paling menentukan dalam perjalanan: mau lurus, belok kiri, atau belok kanan? Apapun pilihanmu, Uchi Parfume sudah menunggumu di sana.
Fenomena ini bukan barang baru. Sejak tahun 2003, jauh sebelum skincare viral di TikTok dan orang-orang berlomba pamer outfit seharga motor, Uchi Parfume sudah diam-diam membangun imperiumnya. Mereka tidak butuh influencer atau iklan mahal di televisi. Kekuatan mereka terletak pada strategi gerilya yang senyap namun mematikan: kolonisasi persimpangan jalan.
Saya tinggal di Bandung, dan pengamatan liar saya ini terasa semakin tervalidasi setiap harinya. Di satu ruas jalan yang sama, dalam radius yang mungkin tidak lebih dari satu kilometer, saya bisa menemukan empat sampai lima gerai Uchi. Jumlahnya sudah seperti Indomaret dan Alfamart yang saling berhadapan di seberang jalan, seolah sedang adu kuat ilmu kanuragan. Bedanya, Uchi Parfume tidak perlu pesaing. Mereka adalah semesta bagi diri mereka sendiri. Mereka adalah multiverse of wanginess.
Ini yang membuat saya berpikir, pasti ada sesuatu di balik strategi lokasi mereka. Ini tidak mungkin kebetulan. Seorang pebisnis warung kopi saja pusing tujuh keliling memikirkan lokasi, apalagi sebuah merek yang sudah bertahan lebih dari dua dekade dan (sepertinya) terus berekspansi hingga tahun 2025 ini. Pasti ada grand design, sebuah cetak biru rahasia yang mungkin hanya diketahui oleh para petinggi Uchi dan---mungkin---dinas tata ruang kota.
Saya pun iseng merumuskan beberapa teori konspirasi amatir tentang misteri lokasi Uchi Parfume ini.
Teori Pertama: Ilmu Feng Shui Tingkat Lanjut
Bagi sebagian orang, persimpangan jalan adalah tempat bertemunya arus energi. Titik di mana 'chi' atau energi kehidupan mengalir deras dari berbagai penjuru. Mungkin, pendiri Uchi Parfume adalah seorang suhu feng shui ulung yang menemukan bahwa persimpangan jalan adalah titik 'hoki' paling maksimal untuk bisnis parfum.
Di titik itulah, para pengendara dan pejalan kaki mengalami sedikit jeda dalam rutinitas mereka. Mereka berhenti, melihat sekeliling, dan boom! Plang Uchi Parfume masuk ke alam bawah sadar. Energi positif dari persimpangan jalan dialirkan langsung ke botol-botol bibit parfum, membuatnya lebih wangi dan tahan lama. Masuk akal? Mungkin tidak, tapi jelas lebih seru daripada sekadar bilang, "lokasinya strategis."
Teori Kedua: Strategi Jaring Laba-laba