Mohon tunggu...
M FIRDAUS
M FIRDAUS Mohon Tunggu... Konsultan - https://edukasiempatnol.com

CEO & Founder Edukasi 4.0

Selanjutnya

Tutup

Nature

Polusi Udara di Sekitar Pelabuhan

24 Januari 2020   02:19 Diperbarui: 24 Januari 2020   02:20 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia ataupun mesin. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.

Pencemaran udara di dalam ruangan dapat mempengaruhi kesehatan manusia sama buruknya dengan pencemaran udara di ruang terbuka dan juga pelabuhan.

Seperti lalu lintas kapal yang keluar masuk pelabuhan, apalagi di pelabuhan dengan tingkat kepadatan yang tinggi, bisa memunculkan masalah polusi udara. Meskipun tidak menjadi isu yang seringkali dibicarakan publik, Direktur Utama Pelindo III Doso Agung punya jalan keluar untuk mengatasi, atau sekurang-kurangnya mengurangi tingkat pencemaran udara.

sumber: liputan6.com
sumber: liputan6.com
Aktivitas bongkar muat di pelabuhan, selama bertahun-tahun dikerjakan dengan menggunakan krane yang dayanya digerakkan dari mesin kapal. Jadi, selama bongkar muat, kapal yang tengah sandar tetap harus menyala supaya suplai listrik tetap terjaga. "Menyala dalam keadaan kapal tidak bergerak, bagaimanapun karena namanya mesin, pasti mengeluarkan asap yang mengganggu lingkungan," ujar Doso Agung.

"Sebenarnya dalam operasi di pelabuhan, tujuan Pelindo III yang utama adalah mencari cara untuk melakukan aktivitas bongkar muat yang lebih efisien. Di banyak pelabuhan, kapal-kapal yang sedang bongkar muat mesinnya harus tetap menyala. Itu pemborosan, karena tetap membutuhkan BBM untuk menggerakkan mesin kapal, dan mesin kapal yang menyala dapat mengaliri listrik untuk menggerakkan krane dalam aktivitas bongkar muat," ujar Doso Agung.

Doso Agung kemudian menggunakan teknik baru, dengan menghadirkan listrik dari darat untuk menggerakkan krane kapal yang tengah sandar di pelabuhan. Dengan kalkulasi yang matang, ternyata didapatkan bahwa biaya BBM yang harus dikeluarkan oleh setiap kapal yang bongkar muat jauh lebih besar dibandingkan jika menggunakan listrik dari darat.

Selain itu, tingkat produktivitas bongkar muat kapal dengan menggunakan listrik dari darat melalui sistem Shore Connection juga meningkat dibandingkan jika mengandalkan listrik kapal, yang suplainya lebih stabil.

Begitulah cara Doso Agung mencari jalan untuk meningkatkan produktivitas operasi di pelabuhan, yang dampaknya juga mampu mengurangi kasus polusi udara di sekitar pelabuhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun