Mohon tunggu...
Ahmad Zain Sarnoto
Ahmad Zain Sarnoto Mohon Tunggu... Dosen - pemerhati pendidikan, psikologi dan agama

Dosen Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Direktur Lembaga Kajian Islam dan Psikologi (eLKIP)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Cerdas Berkomunikasi di Masa Pandemi

6 Juni 2020   09:25 Diperbarui: 6 Juni 2020   09:36 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komunikasi memiliki peran penting dalam kehidupan, karena manusia sebagai makhluk sosial, tidak bisa hidup dan berkembang tanpa berkomunikasi dengan yang lain. Sebagian besar aktivitas manusia berkaitan dengan komunikasi.

Berkomunikasi adalah proses bertukar pikiran dan menyampaikan pesan, dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan), tentu dengan adanya tujuan, dalam prakteknya komunikasi di kenal dengan dua cara yaitu komunikasi verbal dan non verbval. Komunikasi verbal adalah jenis komunikai dalam bentuk lisan atau tulisan, sedangkan komunikasi non verbal adalah menggunakan bahasa tubuh seperti gerakan tangan,m raut wajah, gelengan kepala dan lainnya.

Dimasa pandemi covid-19 ini, kemampuan berkomunikasi para pejabat dan pengambil kebijakan sangat dituntut untuk memilki kemampuan atau kecerdasan dalam berkomunikasi. Dr. Howard Gardner menemukan sebuah teori tentang kecerdasan. Ia mengatakan bahwa manusia lebih rumit daripada apa yang dijelaskan dari tes IQ atau tes apapun itu. Ia juga mengatakan bahwa orang yang berbeda memiliki kecerdasan yang berbeda. 

Pada tahun 1983 Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple Intelegence, mengusulkan tujuh macam komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence (Intelegensi Ganda). Intelegensi ganda tersebut meliputi: (1) kecerdasan linguistic-verbal dan (2) kecerdasan logiko-matematik yang sudah dikenal sebelumnya, 

ia menambahkan dengan komponen kecerdasan lainnya yaitu (3) kecerdasan spasial-visual, (4) kecerdasan ritmik-musik, (5) kecerdasan kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal. Sekarang tujuh kecerdasan tersebut di atas sudah bertambah lagi dengan satu komponen kecerdasan yang lain, yaitu (8) kecerdasan naturalis (https://www.psychologymania.com/)

Yang menarik dari temuan Gardner tentang kecerdasan adalah menempatkan kecerdasan linguistic-verbal menjadi urutan pertamanya. Artinya kecerdasan ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca.

Orang dengan kecerdasan linguistic-verbal  ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan oleh mereka yang berprofesi  sebagai pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru, dosen dan termasuk juru bicara pemerintah.

Diantara kelebihan orang yang memiliki kecerdasan linguistic-verbal adalah; 1). Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca, 2).Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu komunikasi verbal.3). Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya orang lain.4). Mampu menulis dan berbicara secara efektif. 5).Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau melakukan perbaikan pada karya tulis.6). Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui diskusi, ataupun debat.7) Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan. 8). Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.

Jika saja para pejabatan di negeri ini semua memiliki kecerdasan linguistic-verbal dalam berkomunikasi dengan publik/masyarakat, tentu tidak ada hambatan dalam penyampaian informasi kepada rakyatnya.

Sebagai contoh juru bicara pemerintah untuk penangaan covid-19, Achmad Yurianto, pernah dalam jumpa pers tentang perkembangan kasus Covid-19 yang menghimbau warga miskin melindungi yang kaya dengan tidak menularkan penyakitnya. pernyataan Juru Bicara Pemerintah ini mengandung  ujaran diskriminatif yang sangat memukul psikologis kaum miskin/duafa.

Kecerdasan komunikasi verbal sangat dibutuhkan ditengah pandemi covdi-19, karena jika para pejabat dan pengambil kebijakan sebagai komunikator salah menyampaikan pesan kepada rakyat sebagai komunikan akan terjadi problem, yang dalam bahasa komunikasi di sebut hambatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun