Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Mudik Bukan Ajang Adu Gengsi!

28 April 2022   07:31 Diperbarui: 28 April 2022   10:53 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susana mudik (sumber: motorplus-online.com)

Kedua, mudik mengingatkan kembali atas panggilan hidup yang sesungguhnya. Hidup bukan hanya sekedar urusan duniawi. Bukan hanya sekedar urusan bekerja, makan dan minum, atau hiburan semata. Lebih dari itu hidup adalah entitas yang mencakupi seluruh dimensi termasuk relasi dengan sang pencipta.

Ilustrasi memfokuskan dan mendekatkan di kepada Sang Pencipta (Sumber: tebuireng.oline)
Ilustrasi memfokuskan dan mendekatkan di kepada Sang Pencipta (Sumber: tebuireng.oline)

Sebenarnya saat kita mudik (untuk menyambut hari raya agama), kita dipanggil untuk memfokuskan dan mendekatkan diri kepada yang maha kuasa. Kita mencoba menarik diri dari aktivitas yang sekiranya dapat mengganggu intensitas pergumulan kita bersama Tuhan. Oleh karena itu,  mudik Jangan dijadikan beban sehingga mengganggu relasi kita bersama Tuhan. 

Ketiga, mudik sebagai jembatan relasi dalam iman. Kita tentu merasa bahagia saat mudik karena bisa bertemu kembali bersama keluarga besar. Kita kembali bersilaturahmi dengan orang tua, dengan adik-kakak dan para sahabat.

Potret momen kebersamaan saat lebaran (sumber: jatim.tribunnews.com)
Potret momen kebersamaan saat lebaran (sumber: jatim.tribunnews.com)

Hal itu tidak berarti bahwa selama ini kita mengabaikan silaturahmi dengan sesama terutama dengan keluarga kita. Namun kesan mudik dalam rangka memperingati hari raya keagamaan tentu memiliki nuansa yang berbeda. Nuansa religius yang memperkokoh relasi iman diantara kita.

Mudik bukan ajang adu Gengsi!

Sebagian orang merasa senang saat ingin mudik. Tidak sedikit pula yang merasa terbebani, sebab banyak hal yang mereka harus pikirkan dan perlu siapkan. Inilah yang menjadi dasar pemikiran dari judul tulisan ini. 

Apa yang dipikirkan oleh sebagian orang tersebut justru mencederai esensi mudik yang sesungguhnya. Sebagian orang memanfaatkan mudik sebagai unjuk kesuksesan di kota. Alhasil, kita menyaksikan pertarungan "adu gengsi"

Maka tidak heran juga kita mendengarkan bahwa salah satu alasan tidak mudik karena dianggap belum sukses. Padahal, kesempatan dan biaya mudik sudah sangat cukup. Hanya karena alasan "gensi" semata akhirnya niat untuk bersilaturahmi bersama keluarga tidak dilaksanakan.

Perasaan gensi sesungguhnya telah membatalkan seluruh niat baik kita untuk bersilaturahmi bersama keluarga terutama orang tua. Penulis meyakini bahwa yang diharapkan dari kedua orang tua adalah bertemu dan berkumpul bersama anak-anaknya seperti saat lebaran tiba. Walaupun hanya dalam waktu yang singkat.

Mudik tidak hanya sekedar bicara apa yang akan kita bawa untuk orang tua dan saudara-saudara kita. Bagi orang tua ole-ole atau buah tangan tidaklah menjadi penting. Penting bagi mereka adalah kita sehat dan tetep menjaga tali silaturahmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun