Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bermain Mistis (Mistisan) untuk Mendapatkan Jatah Pengairan di Sawah

29 Oktober 2021   10:09 Diperbarui: 29 Oktober 2021   15:53 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mistis (sumber: iradiofm.com)

Oleh. Eduardus Fromotius Lebe

Serba-serbi anak desa kalah disuruh ayah menjaga air di sawah. Saya lahir dari keluarga petani sawah di salah satu desa, di kecamatan So'a. Desa tersebut bernama Mengeruda, dengan mayoritas penduduk bermatapencaharian sebagai petani. 

Suatu malam, saat liburan kuliah semester empat, saya disuruh ayah untuk jaga air di sawah. Kebetulan malam itu giliran sawah kami yang mendapat jatah untuk dialiri air. Maklum karena daerah kami kekurangan air makanya disepakati untuk bergiliran mendapatkan air.

Akan tetapi jadwal dimalam hari pun tidak full alias part time. Malam itu saya mendapat jadwal pengairan pukul 00.00-04.00. Malam yang sunyi di tengah hamparan sawah yang luas. Sendiri di temani bunyi kodok dan jangkrik.

Sebagai manusia biasa tentu ada rasa takut yang menyelimuti. Rasa takut itu telah menjadi-jadi karena di sekeliling saya burung mengeluarkan suara. Bulu kuduk saya berdiri sembari menyanyikan lagu rohani. 


Ya ia lah lagu rohani, masa dangdut, hehehe. Tradisi usir setan kata teman-teman saya. Malam itu sungguh mencekam, tak ada satu orang pun yang saya temui. Hanya bermodalkan senter dan api untuk menerangi malam saya. Asyik, hehhehe

Tiba-tiba, suara burung hantu semakin lama sekali kencang dan mendekati pondok yang saya tempati. Rasa takut memulai memuncak sehingga merasuki pikiran. Semakin kencang saya menyanyikan lagu Rohani, semakin kencang suara bunyi burung hantu.

Seperti sedang beradu pantun antara saya dan burung hantu. Suasana semakin menakutkan saat mendengar deruan suara angin. Saya melihat pohon mangga bergoyang kencang seperti ada yang menggoyangkan nya. Kepala terasa berat, kulit seperti mengelupas dari tubuh. Ini momen yang paling menakutkan dalam hidup saya.

Tidak menunggu waktu yang lama, saya berlari kencang dan kembali ke rumah. Sesampai di rumah, saya langsung masuk rumah dan tidur. Saya sempat berpikir bahwa air tetap akan mengalir di sawah karena tidak ada satu pun orang yang ada di sawah.

Keesokan pagi saya langsung bergegas ke sawah. Sesampai di sawah saya terkejut, dibeberapa petak sawah kami belum ada air. Itu berarti ada orang yang sengaja menutup saluran air ke sawah kami. Kejadian semacam ini lumrah terjadi, kalau tidak dijaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun