Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Masihkah Kita Mendengar Auman Harimau Sumatera di Hutan Indonesia

1 Agustus 2019   19:51 Diperbarui: 1 Agustus 2019   20:09 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 4 : Penulis berphoto disamping poster WWF Indonesia untuk menjaga kelestarian harimau sumatera di gunung Pancar, Bogor doc.niko kompas

Auman terakhir
Seperti ucapan selamat tinggal
dari sang raja hutan pada rimbanua
Tiada mungkin jadi perkasa
Jika tak punya rumah berkuasa
Namun aku bukan sang raja
Jika esok aku mati terluka
Dibantai dan dikuliti

Itulah makna dan refleksi yang saya rasakan yang mengetahui banyak fakta tentang tencam punahnya  harimau Sumatera setelah hadir dalam acara undangan WWF Indonesia menjelang hari global tiger day

Sungguh miris saat kita menyadari harimau Sumatera (Phantera Tigris Sumatrae) adalah harimau terakhir di Indonesia, bahkan populasinya  hanya tersisa 600 ekor berdasarkan data dokumen strategis rencana aksi konservasi kementerian lingkungan hidup dan kehutanan, sedangkan Jeni's harimau Bali pada dekade 40-an Dan harimau jawa pada dekade 80 -an dinyatakan punah.Karena perguruan, perdagangan ilegal dan hilangnya habitat tempat tinggal akrena alih fungsi lahan atau disebabkan perubahan iklim.

Untuk itu dalam rangka memperingati global tiger day yang jatuh pada tanggal 29 juli. 2018, bertempat di gunung Pancar kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Hari saptu 27 juli 2019, WWF Indonesia  berkolaborasi dengan Tuan Tigabelas, rapper muda Sumatera menggelar "Concert-vation": concert and conservation". 

Kegiatan ini merupakan perpaduan apik antara kegiatan seni budaya berupa konser peluncuran album dan lagi yang mengisahkan nasib harimau dengan kegiatan edukasi berupa diskusi konservasi, tiada lain untuk mensukseskan bebeberapa inisiatif masyarakat untuk membangun kesadaran dalam menjaga habitat harimau dan konservasi harimau Sumatera

Gambar 2 : Para Staf WWF Indonesia , Mbak Ency, Mas Febry dan Dua orang peneliti mas Fendy Dan Jane dari Centra Rimba Baling berphot bersmaa penulis di gunung Pancar, Bogor doc.Edrida Pulungan
Gambar 2 : Para Staf WWF Indonesia , Mbak Ency, Mas Febry dan Dua orang peneliti mas Fendy Dan Jane dari Centra Rimba Baling berphot bersmaa penulis di gunung Pancar, Bogor doc.Edrida Pulungan
Bahkan dalam acara tersebut Tuan Tigabelas mengatakan " Saya lelaki asal Suamtera , Saya sering meakai analogi harimau Salam lirik-lirik lagu Saya. Dimulai dari upaya mengedukasi diri  sendiri, membaca dan mencari tahu tentang harimau termasuk WWF Indonesia, disitulah saya mengetahui harimau Sumatera hampir punah, jadi Saya ingin menyuarakan ini, sehingga eksisitemsi harimau Sumatera akan bertahan daringemerasi ke generasi seperti dalam launching album saya yang khusus di launching di gunung Pancar ini  dengan bantuan WWF Indonesia dan para tim kreatif juga sahabat saya berjudul

"Last roar'' ujar Upi panggilan mama Asli Tuan Tiga Belas.

Salam diskusi tersebut hadir juga mas Febri Anggriawan Widodo, habitat and connectivity manajemen coordinator  serta Dua peneliti lainnya, yakni mas Jani dan Fendy yang merasakan sendiri perjuangan merak berhadapan dengan para pemburu hariamu di hutan Rimbang Baling, banyak konflik yang dirasakan seperti suka Dan duka.

"Saya dulu adalah pelaku illegal logging dan saya sekarang instead, dan ikut menjaga harimau dan hutan" kata Mas Fendi, hal yang sama disampaikan mas Jani" Saya ingin anak cucu saya mengikuti perjuangan saya menjaga harimau Sumatera karena kita ingin juga melihat di hutan kita masih ada harimau Sumatera" tutur laki laki batak yang sudah lama menetep di rimba baling ini.

Hal senada disampaikan Ade Swarfi Multi, Direktur Partnership WWF-Indonesia " diseluruh dunia hanya Ada 11 negara yang menjadi habitat asli harimau dan Indonesia salah satunya, sehingga  menjadi ikon kebanggaaan Indonesia, sedihnya, 2 dari 3 spesiaes Asli habitat harimau di Indonesia dalam tahap kritis, harapan terakhir kita harus menjaganya"

Perjalanan sekitar satu setengah jam saya tempuh dengan mengendarai mobil menuju  titik meet up kami di pertigaan jalan menuju gunung pancar tempat acara WWF Indonesia untuk launching album bertema Harimau Sumatera, hutan dan para pejuang lokal di kedalaman hutan  tak sia-sia perjalanan kami  di akhir pekan, bertemu dan bersua langsung para pecinta harimau Sumatera yang mencintainya melalui lagu, mudik, edukasi, pengetahuan dan heroisme bahwa manusia adalah sosok yang paling bertanggung jawab menjaga lingkungan dan ekosistem di dalamnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun