Mohon tunggu...
Edmu YulfizarAbdan
Edmu YulfizarAbdan Mohon Tunggu... Guru - Guru Pemula

Penulis Buku Pengabdian Literasi Sang Guru (2023) | Menggapai Cahaya Ramadhan dengan Tadarus Pendidikan (2023) | Guru Pembelajaran Sepanjang hayat (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023) | Antologi Dibalik Ruang Kelas (2024) | Guru SMA |

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Berburu Promo Ramadhan: Potret Kalangan Minimalisme Vs Konsumerisme

21 Maret 2024   17:40 Diperbarui: 21 Maret 2024   17:42 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis hari ini sungguh bingung menuliskan tentang promo ramadhan, karena ketika melihat deretan tulisan populer semuanya sudah dibahas oleh penulis lainnya yang sangat berpengalaman dalam hidup. 

Setelah pulang dari sekolah dan mengajarkan mengaji  mencari inspirasi, penulis membaca deretan buku yang di khatamkan pada bulan Ramadhan ini berjudul "Marketing 5.0 Teknologi untuk Kemanusiaan" karya dari Philip Kotler.  

Tulisan yang sangat enak dibaca dan mudah dipahami, sangat cocok bagi pembaca yang sedang merintis usaha atau yang sudah punya usaha. Di buku ini dikatakan pada zaman sekarang produsen produk di seluruh dunia menghadapi tantangan melayani lima generasi berbeda: Baby Boomer, Generasi X, Generasi Y, Generasi Z, dan Generasi Alfa. Bahkan karakteristik setiap generasi itu berbeda oleh karena itu sejarah mencatat baru kali ini 5 generasi hidup berdampingan yang mengakibatkan banyak terjadi miskonsepsi dalam hal apapun khususnya gaya hidup.

Tentu dengan mudahnya akses teknologi sekarang ini dan didukung oleh algoritma yang menyajikan apapun sesuai keinginan kita dan promo yang menggiurkan, membuat hasrat ingin berbelanja semakin banyak dan mudah. Tinggal klik, maka paket yang diinginkan akan menuju ke rumah kita. 

Hal ini mengakibatkan lonjakan tingkat konsumen. Tentu sebagai produsen barang, jasa  terbantu dengan adanya teknologi. Mengapa bisa terbantu? Karena produsen tidak perlu sulit untuk melayani semua jenis kalangan, teknologi sekarang ini diciptakan sudah dalam mode differensiasi, sehingga target pasar tidak akan pernah meleset. 


Akibat dari hal diatas lahir dua kalangan gaya hidup yakni kalangan minimalisme dan konsumerisme. Minimalisme adalah gaya hidup yang berfokus pada meminimalkan benda yang dimiliki, memberi lebih banyak fokus untuk hanya membeli hal-hal yang dianggap penting dan bernilai guna.

Penulis pun sudah membaca terkait minimalisme ini didalam buku yang menyebutkan nama Marie Kondo. Pembaca juga harus memiliki buku ini, karena didalam buku ini diajarkan gaya hidup minimalisme. 

Sedangkan konsumerisme adalah gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan,dan hanya ingin fokus kepada status sosialnya sehingga mempunyai barang bukan berbasis kebutuhan.

Bagaimana Islam memandang minimalisme dan konsumerisme? 

Minimalisme

Puasa mengajarkan kita untuk berlatih menahan setiap gejolak hawa nafsu. Setiap hal yang dilandasi hawa nafsu yang tidak profesional maka hal tersebut adalah berlebihan. Allah SWT tidak pernah suka dengan yang sifatnya berlebihan. 

Di dalam Al Qur'an banyak disinggung mengenai hal ini seperti Q.S Al A'raf : 31 yang berbicara mengenai jangan berlebihan untuk makan dan minum, Q.S Al- Isra: 26 berbicara mengenai jangan hamburkan harta secara boros, dan masih banyak lagi. Bukankah dibulan ramadhan ini kita ingin mencari rahmat Allah SWT?

Kita semua mengetahui mengenai Rasulullah SAW yang jika tidak ada makanan untuk pagi yang disiapkan oleh sang istri, maka beliau memilih untuk berpuasa, lalu perabotan rumah tangga Nabi hanyalah yang dibutuhkan, bahkan hingga tempat tidur nabi pun hanya berupa tikar yang membuat pembesar non muslim kaget dan tidak menyangka. 

Nabi Muhammad manusia yang simple dalam menjalani kehidupan. Sehingga fokus Nabi Muhammad SAW dalam hidup adalah ibadah, ibadah, dan ibadah. Harta digunakan untuk ibadah, makan dan minum digunakan menopang jasmani untuk ibadah, tidur digunakan untuk memperkuat ibadah dan lain-lain. 

Bahkan yang lebih luar biasa adalah doa Nabi Muhammad SAW yang ingin hidup dan dikumpulkan dengan orang fakir miskin. Makna doa didalam hadis tersebut adalah bukan menyuruh kita untuk menjadi fakir miskin, namun Nabi ingin mengatakan bahwa kita hidup harus tunduk dan merendahkan diri kepada Allah SWT. 

Oleh karena itu orang bertakwa memandang minimalisme adalah sebagai cara untuk lebih mementingkan kebutuhan daripada memperbanyak keinginan. Tentunya kebutuhan yang dapat mendekatkan kita kepada Allah SWT.  

Inilah tantangan jika ingin mendapatkan derajat paling tinggi pada puasa yakni menjadi orang yang bertakwa. Bahkan didalam Q.S Al Baqarah : 183 dimulai dengan kata " Orang-orang beriman". 

Maknanya hanya orang yang beriman yang disuruh untuk berpuasa baik dari segi jasmani seperti menahan lapar dan haus dan dari segi rohani seperti menyeimbangkan hawa nafsu. 

Konsumerisme

Nabi Muhammad diutus untuk dicontoh berbagai kalangan termasuk kalangan konsumerisme. Nabi Muhammad memiliki unta ,kuda yang harganya jika di konversi ke uang sekarang maka bisa milliyaran. 

Apakah boleh umat Islam kaya? Sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad sebagaimana kita mengetahui bahwa nabi mengatakan irilah terhadap 2 hal diantaranya adalah orang yang dikaruniai harta oleh Allah namun dia menggunakannya dijalan kebenaran. 

Di hadis lainnya dikatakan kurang lebihnya bahwa mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Allah SWT dibanding mukmin yang lemah. Menjadi mukmin yang kuat pun di anjurkan pada Q.S An -Nisa: 9 bahwa hendaklah takut kepada Allah SWT orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan generasi yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahterannya. 

Sahabat Nabi banyak yang kaya diantaranya Ustman bin Affan, Abdurahman bin Auf, dan lainnya. Ustman bin Affan hingga sekarang jika ditotal kekayaannya maka sungguh luar biasa hartanya berkat membeli sumur dari orang Yahudi, setelah membeli beliau wakafkan hingga sekarang. Abddurahman bin Auf sosok pengusaha yang tidak pernah bangkrut, walaupun semua barangnya dijual dengan harga murah.

Dari paparan diatas bermakna kita boleh kaya namun tidak boleh mempunyai mental konsumerisme. Kita boleh membeli apapun dengan harta kita namun kita harus memikirkan kebutuhan daripada keinginan. Lebih bagus jika dapat memfasilitasi kebutuhan seseorang. 

Penulis pernah mendengar dari Habib Ja'far bahwa musik yang haram adalah ketika suara sendok dan garpumu terdengar dengan enaknya, namun tetanggamu kelaparan. 

Sifat konsumerisme dapat mengakibatkan kesenjangan sosial yang tinggi. Dampak dari kesenjangan sosial justru sangat banyak diantaranya iri hati, pembunuhan, pencurian, dan lain sebagainya. 

Kesimpulan

Oleh karena itu dalam tema berburu promo ramadhan kali ini, silahkan berburu namun yang paling penting adalah utamakan kebutuhan dibandingkan keinginan, lebih hebat daripada itu memfasilitasi kebutuhan orang-orang disekitarnya dapat melalui zakat atau sedekah. Adapun terkait minimalis dan konsumerisme itu baik jika muaranya adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. fakir miskin dan kaya itu baik jika orang tersebut bertakwa.  

Mari selalu berbuat baik ! Sebaik-baiknya baju adalah baju ketakwaan. Semoga kita mendapatkan derajat orang yang beriman dan orang yang bertaqwa pada puasa ramadhan kali ini. aamiin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun