Mohon tunggu...
EDI MURRATDHI
EDI MURRATDHI Mohon Tunggu... Direktur Rumah Sakit

Praktisi Psikologi, berkecimpung dalam bidang Perumahsakitan sejak 1996, mengelola, memimpin sebuah Rumah Sakit dan mendalami pendidikan lanjut dengan konsentrasi Perumasakitan menyebabkan sedikit banyak memahami dinamika perumahsakitan di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hari Kesehatan Mental Dunia 2025: Saatnya Indonesia Serius Menjaga Kesehatan Jiwa Mental Masyarakat

10 Oktober 2025   09:23 Diperbarui: 10 Oktober 2025   09:53 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, 10 Oktober 2025, dunia memperingati World Mental Health Day atau Hari Kesehatan Mental Dunia. Tahun ini menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk meninjau kembali kondisi kesehatan jiwa masyarakat yang semakin memprihatinkan. Di tengah tekanan sosial, ekonomi, dan digital yang meningkat, gangguan kesehatan mental kini menjadi masalah publik yang tak bisa diabaikan.

Kesehatan Mental di Indonesia: Angka yang Terus Meningkat

Data Kementerian Kesehatan (Riskesdas 2018) mencatat lebih dari 19 juta penduduk usia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, sementara lebih dari 12 juta menderita depresi. Angka ini diperkirakan meningkat dalam lima tahun terakhir, terutama setelah pandemi COVID-19. Sejumlah studi menunjukkan gejala depresi dan kecemasan meningkat di kalangan remaja, pekerja, dan ibu rumah tangga akibat tekanan ekonomi, sosial, serta perubahan gaya hidup yang cepat.

Di wilayah perkotaan, tingkat stres lebih tinggi karena padatnya pekerjaan, kemacetan, dan persaingan hidup. Namun di pedesaan, masalah utama justru adalah kurangnya akses layanan dan masih kuatnya stigma terhadap gangguan jiwa. Akibatnya, banyak kasus tidak tertangani dan sebagian penderita bahkan masih mengalami pemasungan.

Mengapa Kesehatan Mental Menurun?

Penurunan kesehatan mental masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya:

  • Dampak berkepanjangan pandemi COVID-19 yang mengubah tatanan sosial dan ekonomi;

  • Tekanan ekonomi dan ketidakpastian pekerjaan;

  • Tekanan yang diakibatkan Kebijakan-kebijakan Pemerintah yang dipersepsikan membebani 

  • Kecanduan media sosial serta perbandingan sosial yang memicu kecemasan;

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Healthy Selengkapnya
    Lihat Healthy Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun