Hari ini, 10 Oktober 2025, dunia memperingati World Mental Health Day atau Hari Kesehatan Mental Dunia. Tahun ini menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk meninjau kembali kondisi kesehatan jiwa masyarakat yang semakin memprihatinkan. Di tengah tekanan sosial, ekonomi, dan digital yang meningkat, gangguan kesehatan mental kini menjadi masalah publik yang tak bisa diabaikan.
Kesehatan Mental di Indonesia: Angka yang Terus Meningkat
Data Kementerian Kesehatan (Riskesdas 2018) mencatat lebih dari 19 juta penduduk usia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, sementara lebih dari 12 juta menderita depresi. Angka ini diperkirakan meningkat dalam lima tahun terakhir, terutama setelah pandemi COVID-19. Sejumlah studi menunjukkan gejala depresi dan kecemasan meningkat di kalangan remaja, pekerja, dan ibu rumah tangga akibat tekanan ekonomi, sosial, serta perubahan gaya hidup yang cepat.
Di wilayah perkotaan, tingkat stres lebih tinggi karena padatnya pekerjaan, kemacetan, dan persaingan hidup. Namun di pedesaan, masalah utama justru adalah kurangnya akses layanan dan masih kuatnya stigma terhadap gangguan jiwa. Akibatnya, banyak kasus tidak tertangani dan sebagian penderita bahkan masih mengalami pemasungan.
Mengapa Kesehatan Mental Menurun?
Penurunan kesehatan mental masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya:
Dampak berkepanjangan pandemi COVID-19 yang mengubah tatanan sosial dan ekonomi;
Tekanan ekonomi dan ketidakpastian pekerjaan;
Tekanan yang diakibatkan Kebijakan-kebijakan Pemerintah yang dipersepsikan membebaniÂ
Kecanduan media sosial serta perbandingan sosial yang memicu kecemasan;
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!