Kita lanjutkan perjalanan ke Oia, yaitu pusat tumpuan turis. Di puncak musim panas diperlukan kesabaran untuk dapat berlalu lalang di jalanan sempit sepanjang pemukiman padat yang menyerupai labirin. Kontur lahan dan jarak pedestrian di samping bukit nampak terjal.Â
Di wilayah tersebut wilayahnya langsung menghadap samudera luas juga banyak tersedia tempat bersantai, mulai dari resto dan cafe, toko cendera mata, dan rumah vila yang disewakan secara eksklusif. Â
Tentu bangunannya semua disesuaikan dengan kondisi lahan dan tanah yang sempit serta berada di tepian jurang. Tidak jarang akan kita temui jalan menanjak atau menurun secara ekstrim yang sangat sempit.Â
Pedestrian terbatas dan banyak rumah-rumah yang dibangun seperti dalam gua saling berimpitan.Â
Demi mendapatkan view terbaik laut Aegea serta gunung yang berpanorama memikat, semua kelelahan menjalani turun naik bukit terbayar lunas karena pemandangan yang tersaji bak cerita negeri dongeng. Â
Bangunan bernuansa Mediteranian bercat putih bersih nan elegan dan di beberapa bangunan tampak kubah berwarna biru pekat di tengah hamparan pemandangan laut dan langit juga senada. Tampak seperti siluet negeri di atas kayangan.
Perjalanan seakan dilengkapi saat senja mulai membayang. Di ujung Oia, dengan jelas kita lihat matahari bergerak perlahan sambil sesekali berlindung di balik awan.Â
Pantulan sinar surya yang berwarna keemasan di tengah samudera yang tampak temaram namun bersih berpadu dengan background lampu yang berkelap-kelip kuning muda dari setiap bangunan, seolah melengkapi romansa sunset di Santorini yang penuh kenangan.
Sambas, 4 Febuari 2022