Mohon tunggu...
Eddy SATRIYA
Eddy SATRIYA Mohon Tunggu... -

Kolumnis di berbagai media cetak dan elektronik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mempertahankan Kemenangan

17 Juli 2015   22:27 Diperbarui: 17 Juli 2015   22:27 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai kemenangan yang kita peroleh selama bulan Ramadhan memang harus tetap dipertahankan dan dijaga kesuciannya. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:

"Barangsiapa melaksanakan qiyam Ramadhan dengan keimanan dan berharap ridha Allah, maka diampuni dosa-dosa sebelumnya." (HR Muslim)

Agar tetap terjaga kesucian tersebut, kita harus menjaga paling tidak 3 hal:

  1. Hindari bersikap arogan. Ini sangat penting . COntoh yang tidak asing lagi  bagi kita adalah Iblis yang dengan angkuhnya merendahkan Adam. "Saya jauh lebih baik dari Adam. Dia Engkau ciptakan dari tanah, sedangkan aku dari api" Kesombongan Iblis thd Allah inilah yang menggelincirkannya ke neraka (al_Araf 12-13). Kondisi yang ada saat ini, demikian banyak orang yang jadi pengikut iblis. mereka merasa apa yang telah dicapai adalah semata hasil jerih payah mereka, tidak ada sedikitpun campur tangan Allah yang Maha Kuasa. Manusia lupa betapa lemahnya mereka ketika dilahirkan dan betapa hinanya proses kelahirannya dari air yang buruk. Sungguh kita tidak pantas arogan.
  2. Waspada terhadap Kekayaan. Sangat banyak manusia yang begitu dekat dengan Allah ketika diuji dengan kemiskinan, tetapi ketika sudah kaya ia melupakanNya. Ia meninggalkan shalat dan doa ketika ia masih miskin dulu. Ia lupa diri dan jauh dari Allah. Pada saat bersamaan sifat kikir dan peduli terhadap orang lain juga mulai timbul dan tidak bisa dikendalikan. Jiwa nya semakin tidak tenang kalau dunia dan seisinya belum dikuasainya, begitulah kiasan untuk kondisi ini.
  3. Sikapi Jabatan dengan Baik.  Alquran telah memuat cerita tentang banyak penguasa besar yang tersesat lantaran kekuasaan dan jabatan. Firaun adalah salah satunya. Firaun adalah tokoh legendaris luar biasa yang tidak pernah mau mendengarkan rakyatnya. Sebaliknya, rakyat harus patuh dan mengikutinya. Apapun semua nyaris bisa dia lakukan tanpa batas. Itulah urat kekuasaan yang bisa membutakan mata dan hati kita. Tidak pula ia perkenankan orang lain berbeda pendapat dengannya. Demikian luar biasanya Firaun sehingga dengan angkuhnya iapun berkata "Akulah Tuhanmu yang paling tinggi!" (al-Naaziaat: 24). Namun kita semua telah mengetahui akhir cerita Firaun yang ditenggelamkan Allah dengan bala tentaranya ketika mengejar Nabi Musa AS di laut Merah. Allah mengabadikan jasad dan kisah Firaun agar menjadi peringatan bagi orang2 setelahnya. Allah telah menyampaikan firmannya terkait Firaun ini. فَٱلۡيَوۡمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنۡ خَلۡفَكَ ءَايَةً۬‌ۚ وَإِنَّ كَثِيرً۬ا مِّنَ ٱلنَّاسِ عَنۡ ءَايَـٰتِنَا لَغَـٰفِلُونَ (٩٢) "Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu [1] supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (92)"

Terkait jabatan, ada kisah menarik ketika Usman bin Affan menderita penyakit mimisan dan mengira waktunya untuk kembali sudah dekat. SIngkat cerita khalifah inipun segera membuat surat wasiat yang antara lain isinya menunjuk Abdurrahman bin Auf. Meskipun dirahasiakan, isi surat rahasia itupun bocor. Abdurrahman yang mendengar bocoran itu, bukannya senang, malah menghindar. 

Tak berapa lama iapun segera masuk ke raudah dan berdoa. Doanya pada intinya adalah ia minta dimatikan terlebih dahulu sebelum Khalifah Usman bin Affan meninggal. Menurut khotib, doa itupun dikabulkan Allah yang tidak lebih enam bulan kemudian memanggil Abdurrahman terlebih dahulu. Begitu takutnya seorang calon penguasa akan jabatan sampai2 ia memohon mati terlebih dahulu kepada Tuhannya. Sungguh sangat berbeda dengan cerita sekarang, di luar negeri sekalipun, juga di Indonesia.

Disarikan dari kutbah Ustads Hepi Andi Bastoni.

 

__________

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun